AMERIKA SERIKAT

Perangi Praktik Pengelakan Pajak, Kewenangan Pemerintah Ditambah

Muhamad Wildan | Selasa, 22 Desember 2020 | 13:53 WIB
Perangi Praktik Pengelakan Pajak, Kewenangan Pemerintah Ditambah

Ilustrasi. (DDTCNews)

WASHINGTON, DDTCNews – Senat AS mengesahkan beleid baru yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah AS untuk memeriksa struktur kepemilikan perusahaan cangkang guna mencegah praktik pengelakan pajak dan tindak pidana pencucian uang.

Ketentuan terbaru tersebut disahkan melalui National Defense Authorization Act (NDAA) 2021. Beleid ini disetujui oleh lebih dari 2/3 anggota Senat dan Kongres. Dengan demikian, Presiden AS pun tidak bisa memveto beleid terbaru tersebut.

"NDAA 2021 memperbaiki ketentuan transparansi korporasi dengan memberikan kekuatan kepada Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) untuk membasmi praktik pengelakan pajak," kata anggota Komisi Finansial Senat AS Ron Wyden, Selasa (22/12/2020).

Baca Juga:
Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China

Wyden menambahkan setiap korporasi bakal diwajibkan untuk mengungkapkan pemilik manfaat atau beneficial owner dari setiap korporasi guna menekan praktik pengelakan pajak serta tindak pidana korporasi lainnya.

Sementara itu, Anggota Senat dari Partai Demokrat Sherrod Brown mengatakan pemerintah di bawah pemerintahan Joe Biden berkomitmen untuk segera mengimplementasikan kewenangan baru yang diberikan kepada FinCEN secepat dan seefektif mungkin.

Policy Director Global Financial Integrity Lakshmi Kumar menyambut positif pengesahan beleid baru tersebut. Menurut Kumar, praktik pengelakan pajak dan pencucian uang marak terjadi di AS sehingga perlu ditindaklanjuti.

Baca Juga:
Trump Bakal Kenakan Bea Masuk 25% atas Impor dari Kanada dan Meksiko

"Panama Papers menunjukkan AS adalah destinasi kunci bagi oknum-oknum dalam praktik pencucian uang. Penegak hukum, bank, dan credit union perlu bekerja sama untuk menindaklanjuti tindak pidana tersebut," ujarnya seperti dilansir Tax Notes International.

Meski mendapatkan dukungan dari dua partai di parlemen, terdapat pihak yang menolak beleid baru tersebut salah satunya adalah National Federation of Independent Business (NFIB). Asosiasi tersebut berpandangan ketentuan terbaru dalam NDAA 2021 tersebut bisa membebani usaha kecil.

"Biaya yang perlu ditanggung oleh usaha kecil akibat beleid ini bisa mencapai US$531 juta. Nominal tersebut tidak mampu ditanggung oleh usaha kecil apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini," tutur Director of Legislative Affairs NFIB Kevin Kuhlman. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 11:30 WIB PERDAGANGAN BERJANGKA

Nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi 2024 Naik 29,3 Persen

Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI