PMK 61/2023

Penanggung Pajak Bisa Dianggap Tak Beriktikad Baik, Begini Kriterianya

Nora Galuh Candra Asmarani | Kamis, 15 Februari 2024 | 14:30 WIB
Penanggung Pajak Bisa Dianggap Tak Beriktikad Baik, Begini Kriterianya

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Penanggung pajak yang mempunyai utang pajak minimal Rp100 juta berpotensi disandera. Penyanderaan itu dilakukan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat jangka waktu 14 hari sejak tanggal surat paksa diberitahukan.

Selain mempunyai utang pajak minimal Rp100 juta, penyanderaan dilakukan apabila penanggung pajak diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 61/2023.

“Penyanderaan ... hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai utang pajak paling sedikit Rp100 juta diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak,” bunyi Pasal 64 ayat (1) PMK 61/2023, dikutip pada Kamis (15/2/2024).

Baca Juga:
Coretax Berlaku Nanti, Masih Bisa Minta Dokumen Dikirim Secara Fisik?

Ketentuan mengenai kriteria penanggung pajak yang dianggap tidak beriktikad baik sempat diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-218/PJ/2003 s.t.d.d Perdirjen Pajak PER-03/PJ/2018. Namun, ketentuan tersebut telah dicabut dan digantikan dengan PMK 189/2020.

Berselang hampir 3 tahun setelahnya, pemerintah kembali mengubah ketentuan terkait dengan penagihan pajak dengan menerbitkan PMK 61/2023. Untuk itu, ketentuan mengenai kriteria penanggung pajak yang dianggap tidak beriktikad baik kini mengacu pada PMK 61/2023.

Merujuk Pasal 64 ayat (2) PMK 61/2023, terdapat 2 kriteria penanggung pajak diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Pertama, penanggung pajak tidak melunasi utang pajak baik sekaligus maupun angsuran, walaupun telah diberitahukan surat paksa.

Baca Juga:
Bikin Faktur Pajak Fiktif, Dua Bos Perusahaan Diserahkan ke Kejaksaan

Kedua, penanggung pajak menyembunyikan atau memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai, termasuk akan membubarkan badan, setelah timbulnya utang pajak.

Penanggung pajak bisa dianggap tidak beriktikad baik apabila memenuhi kedua kriteria tersebut atau hanya memenuhi salah satunya.

Sebagai informasi, penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. Penyanderaan ini menjadi kiat terakhir DJP dalam menagih pajak dan dilakukan secara selektif. Ketentuan lebih lanjut dapat disimak dalam PMK 61/2023. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 24 Desember 2024 | 13:11 WIB KONSULTASI CORETAX

Coretax Berlaku Nanti, Masih Bisa Minta Dokumen Dikirim Secara Fisik?

Selasa, 24 Desember 2024 | 13:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA TIMUR

Bikin Faktur Pajak Fiktif, Dua Bos Perusahaan Diserahkan ke Kejaksaan

Senin, 23 Desember 2024 | 16:30 WIB CORETAX SYSTEM

Akses Aplikasi Coretax, Wajib Pajak Perlu Ganti Password Dahulu

Senin, 23 Desember 2024 | 10:30 WIB CORETAX SYSTEM

Tunjuk Kuasa WP, Konsultan Pajak Harus Terdaftar di DJP dan SIKOP

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra