PRANCIS

OECD Susun Pedoman Pelaporan Pajak atas Penghasilan Cryptocurrency

Muhamad Wildan | Selasa, 13 Oktober 2020 | 14:00 WIB
OECD Susun Pedoman Pelaporan Pajak atas Penghasilan Cryptocurrency

Ilustrasi. (DDTCNews)

PARIS, DDTCNews – OECD akan segera menyusun proposal teknis terkait dengan standar pelaporan pajak atas penghasilan yang diperoleh dari aset-aset kripto (cryptoassets), termasuk mata uang kripto (cryptocurrency).

Proposal OECD tersebut akan dipresentasikan kepada negara-negara G20 pada 2021. OECD menilai pemajakan atas cryptoassets dan cryptocurrency perlu ditetapkan mengingat pesatnya perkembangan penggunaan aset tersebut di dunia internasional.

"Kapitalisasi pasar cryptocurrency hingga September 2020 tercatat mencapai US$354 miliar (Rp5.220 triliun). Perkembangan ini menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi otoritas fiskal dan moneter," sebut OECD, Selasa (13/10/2020).

Baca Juga:
Penghindaran Pajak Lebih Rugikan Negara Berkembang daripada yang Maju

Dalam laporan OECD bertajuk Secretary-General Tax Report to G20 Finance Ministers and Central Bank Governors, standar pelaporan pajak atas cryptoassets bakal mengadopsi standar yang sudah terdapat dalam Common Reporting Standard (CRS).

Mekanisme penyampaian informasi dalam pelaporan pajak atas cryptoassets diperkirakan mirip dengan CRS. Pada CRS, informasi yang dikumpulkan perantara (intermediaries) wajib dilaporkan kepada otoritas pajak tempat perantara tersebut berada. Selanjutnya, otoritas pajak bakal mempertukarkan informasi tersebut dengan otoritas pajak lainnya.

Meski demikian, desain pelaporan pajak atas cryptoassets dan cryptocurrency tersebut akan disesuaikan dengan karakteristik pasar cryptoassets yang dinamis dan memiliki mobilitas tinggi.

Baca Juga:
Bangun Sistem Pajak Berkeadilan, Civil Society Perlu Pahami Isu Pajak

OECD juga menyebutkan hal-hal teknis perlu diperinci lebih lanjut antara lain mengenai jenis cryptoassets tersebut dan siapa pihak perantara yang diwajibkan untuk mengumpulkan dan memberikan informasi perpajakan kepada otoritas pajak.

Kemudian, dalam laporan terbaru berjudul Taxing Virtual Currencies: An Overview of Tax Treatments and Emerging Tax Policy Issues, OECD juga menyoroti dinamika perkembangan cryptocurrency yang berkembang sangat pesat.

Pada laporan tersebut, OECD menekankan pentingnya penguatan kerangka regulasi dalam hal pemajakan cryptoassets guna menciptakan kepastian hukum bagi otoritas pajak dan wajib pajak.

Baca Juga:
Pengalihan Pengawasan Kripto dari Kemendag ke OJK Sisakan Tantangan

Menurut OECD, negara-negara perlu menciptakan kerangka regulasi yang jelas dan konsisten dengan perlakuan pajak yang diterapkan atas aset-aset lainnya. Kepatuhan pajak juga perlu diciptakan melalui simplifikasi ketentuan valuasi cryptoassets dan penerapan pengecualian pengenaan pajak atas transaksi cryptocurrency bernominal kecil.

Perlakuan pajak atas cryptoassets dan cryptocurrency juga perlu disesuaikan dengan tren transaksi yang berkembang seperti makin berkurangnya penggunaan uang konvensional dalam bertransaksi.

Selain itu, hal ini juga untuk perlu mengantisipasi perkembangan jenis-jenis cryptocurrency seperti stablecoins hingga central bank digital currencies (CBDC) dan perkembangan desentralisasi finansial (decentralised finance). (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

13 Oktober 2020 | 16:28 WIB

pesatnya perkembangan penggunaan cryptoassets dan cryptocurrency cukup memberikan perhatian yang besar bagi negara negara di Dunia, oleh karena itu saya setuju apabila atas aset tersebut diberikan/dikenakan pajak

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 31 Januari 2025 | 09:30 WIB AMERIKA SERIKAT

AS Buka Opsi Batalkan Bea Masuk 25% Atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Kamis, 30 Januari 2025 | 17:55 WIB PAJAK INTERNASIONAL

Penghindaran Pajak Lebih Rugikan Negara Berkembang daripada yang Maju

Kamis, 30 Januari 2025 | 10:51 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Bangun Sistem Pajak Berkeadilan, Civil Society Perlu Pahami Isu Pajak

BERITA PILIHAN
Jumat, 31 Januari 2025 | 11:17 WIB PENGADILAN PAJAK

Persiapan Persidangan di Pengadilan Pajak yang Wajib Pajak Perlu Tahu

Jumat, 31 Januari 2025 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Kriteria Entitas Dana Investasi yang Dikecualikan Pajak Minimum Global

Jumat, 31 Januari 2025 | 10:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

DPR Dukung Efisiensi Belanja Kementerian/Lembaga oleh Prabowo

Jumat, 31 Januari 2025 | 10:11 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPh Final 0,5% dan PTKP Rp500 Juta, Intervensi Pemerintah Dukung UMKM?

Jumat, 31 Januari 2025 | 09:30 WIB AMERIKA SERIKAT

AS Buka Opsi Batalkan Bea Masuk 25% Atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Jumat, 31 Januari 2025 | 09:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pahami Perincian Penelitian Bukti Potong Atas WP Restitusi Dipercepat

Jumat, 31 Januari 2025 | 08:30 WIB KOTA MEDAN

Kini Ada Opsen, Medan Mulai Aktif Tagih Pajak Kendaraan Bermotor

Kamis, 30 Januari 2025 | 18:00 WIB TIPS PAJAK

Cara Ajukan Pembebasan PBB-P2 bagi Pensiunan PNS di DKI Jakarta

Kamis, 30 Januari 2025 | 17:55 WIB PAJAK INTERNASIONAL

Penghindaran Pajak Lebih Rugikan Negara Berkembang daripada yang Maju

Kamis, 30 Januari 2025 | 16:00 WIB PROVINSI JAWA BARAT

Dedi Mulyadi Ingin Pakai 100% Pajak Kendaraan untuk Pembangunan Jalan