NEW DELHI, DDTCNews – India berencana mengenakan pajak untuk panel surya dua kali lipat dari pajak yang dikenakan atas batubara. Rencana tersebut tertuang dalam aturan pajak barang dan jasa (Good and Services Tax/GST) yang rencananya akan dirilis pada 1 Juli 2017.
Kepala Eksekutif Pengembang Surya Azure Power Inderpreet Wadhwa mengatakan panel surya akan dikenakan pajak sebesar 18% di bawah rezim pajak yang baru, sedangkan untuk batubara hanya dikenakan tarif pajak 5%.
“Hal ini akan menciptakan skeptisisme di pasar, dan investor akan bertanya-tanya apakah negara berencana mempersulit atau mempermudah solar di masa depan. Hal ini mungkin akan memperlambat pertumbuhan pada industri solar,” ungkapnya, Selasa (23/5).
Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan India telah menetapkan beberapa target paling ambisius di dunia untuk memasang kapasitas tenaga surya baru sebesar 100 gigawatt (GW) tenaga surya pada 2022. Pada akhir tahun lalu, negara ini hanya memiliki 7,5 GW.
Ini adalah bagian dari dorongan yang lebih luas untuk membangun kapasitas energi terbarukan, dengan memasang target 100 GW pada 2022. Hal ini akan menempatkan India pada jalur energi hijau yang akan memperhitungkan sebanyak 57% kapasitas listrik pada tahun 2027. Sementara, Paris hanya menargetkan sebesar 40% pada 2030.
“Ini adalah komitmen Perdana Menteri Modi dan komitmen pemerintahnya, bukan karena orang lain menyuruh kami melakukannya tapi karena kami percaya akan hal itu,” kata Menteri Tenaga Listrik Piyush Goya.
Proyek seperti ini telah menarik minat internasional. Namun, seperti dilansir dalam financial times, investor asing memperingatkan tentang sistem GST yang baru agar pemerintah berpikir dua kali atas pengenaan pajak di sektor tenaga surya. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.