KEBIJAKAN PAJAK

Memajaki Keuntungan dalam Ekonomi Global, Bagaimana Idealnya?

Redaksi DDTCNews | Jumat, 14 Mei 2021 | 10:00 WIB
Memajaki Keuntungan dalam Ekonomi Global, Bagaimana Idealnya?

PERKEMBANGAN digital dalam perekonomian secara global memunculkan model bisnis baru yang makin beragam dan adaptif seperti marketplace, iklan, retail, model berlangganan, dan sebagainya dalam meraup keuntungan di berbagai negara tanpa harus hadir secara fisik.

Lantas, bagaimana pemajakan atas keuntungan perusahaan dengan model bisnis tersebut? Seperti apa skema pemajakan yang ideal atas keuntungan dari aktivitas bisnis antaryurisdiksi? Nah, buku berjudul “Taxing Profit in A Global Economy” ini menawarkan jawabannya.

Saat ini, diskursus mengenai peralihan keuntungan ke yurisdiksi dengan tarif pajak yang lebih rendah serta alokasi hak pemajakan setiap negara terhadap keuntungan ekonomi digital tengah menjadi salah satu isu sentral dalam sistem pajak global.

Baca Juga:
Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China

Salah satu inisiatif internasional dalam mengantisipasi persoalan tersebut dituangkan ke dalam proyek Base Erosion and Profit Shifting (BEPS). Saat ini, proyek tersebut tengah berjalan dan diharapkan dapat mencegah berbagai praktik penghindaran pajak.

Namun, berbagai kalangan berpendapat proyek itu belum berhasil manjawab persoalan fundamental mengenai sistem pemajakan terhadap keuntungan dari perusahaan multinasional, khususnya mengenai penentuan di mana pengenaan pajak dilakukan dan besarannya.

Untuk itu, buku yang ditulis oleh Michael P. Devereux dan beberapa ekonom lainnya ini mengadopsi pendekatan yang berbeda, yaitu dengan meneropong prinsip fundamental dalam menghasilkan sistem pajak internasional yang sesuai pada konteks kontemporer.

Baca Juga:
Trump Bakal Kenakan Bea Masuk 25% atas Impor dari Kanada dan Meksiko

Sebelum masuk pada desain pengaturan, buku tersebut terlebih dahulu menganalisis beberapa permasalahan fundamental terkait dengan prinsip dan praktik pemajakan atas keuntungan serta alokasi hak perpajakan antaryurisdiksi.

Beberapa di antaranya adalah mengenai definisi dari keuntungan sebagai basis pemajakan, kriteria, dan prinsip yang harus dipenuhi dalam pemungutan pajak, justifikasi pemajakan, serta opsi-opsi pemajakan bagi pemilik bisnis.

Buku ini juga menyarankan sistem pemajakan keuntungan perusahaan multinasional perlu memenuhi lima kriteria utama yaitu efisiensi ekonomi, isu keadilan, ketahanan dari modus penghindaran pajak, kemudahan administrasi, serta desain insentif yang kompatibel.

Baca Juga:
Pacu Produksi Semen, Negara Ini Beri Insentif Pajak selama 2 Tahun

Selanjutnya, evaluasi rezim dalam praktik pemajakan penghasilan pada konteks internasional juga tak luput menjadi pembahasan. Dari hasil evaluasi, para penulis mendapati sistem pajak atas keuntungan masih belum mencerminkan lima kriteria utama yang dianjurkan.

Di sisi lain, persaingan pajak antarnegara juga terus menekan tarif pajak efektif sehingga mengancam kelangsungan sistem pajak dalam jangka panjang. Ancaman lain juga datang dari tren pengalihan keuntungan antarnegara yang modusnya semakin sulit diprediksi.

Dalam menanggapi problematika tersebut, berbagai opsi reformasi telah dipertimbangkan dan dibahas secara luas, mulai dari yang membutuhkan perubahan marjinal sampai dengan bentuk reformasi yang sistematis.

Baca Juga:
Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Salah satu opsi kebijakan yang dieksplorasi adalah mengenai alokasi hak dalam pengenaan pajak atas keuntungan. Buku terbitan Oxford University ini menyebutkan beberapa opsi antara lain pemajakan di negara asal, negara domisili bisnis dan pemilik manfaat, atau negara tujuan.

Selain itu, buku yang diterbitkan pada 2021 ini menawarkan dua alternatif rezim dalam pemajakan atas keuntungan perusahaan multinasional yaitu sistem Residual Profit Split dan Destination Based Cash-Flow Tax.

Secara umum, kedua rezim tersebut merupakan bentuk reformasi yang koheren, komprehensif, serta mencerminkan lima kriteria utama yang perlu dipenuhi dalam pemajakan atas keuntungan di era ekonomi global. Penasaran dengan deskripsi dan fitur dari kedua alternatif rezim tersebut? Silakan Anda baca langsung di DDTC Library. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 11:30 WIB PERDAGANGAN BERJANGKA

Nilai Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi 2024 Naik 29,3 Persen

Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI