Contoh pesan penipuan yang diunggah DJBC.
JAKARTA, DDTCNews - Belakangan ini makin marak penipuan yang mengatasnamakan petugas Ditjen Bea Cukai (DJBC). Korbannya pun tidak sedikit.
Apalagi, dalam melancarkan aksinya para pelaku menggunakan beragam modus penipuan. Karenanya, masyarakat perlu memahami kembali jenis-jenis penipuan yang mencatut nama instansi DJBC.
"Sebagai instansi yang bertugas mengumpulkan penerimaan negara, nama Bea Cukai kerap disalahgunakan para pelaku penipuan yang tidak bertanggung jawab untuk mengeruk keuntungan dari korbannya," tulis Bea Cukai Tangerang dalam unggahan di media sosialnya, dikutip pada Rabu (15/1/2025).
Berikut ini beberapa bentuk penipuan yang mengatasnamakan bea cukai yang cukup sering terjadi.
Pertama, lelang palsu. Pelaku biasanya menyamar sebagai penyelenggara lelang resmi bea cukai dan menawarkan berang dengan harga murah melalui media sosial seperti grup WhatsApp atau SMS. Setelah korban tertarik, pelaku meminta pembayaran ke rekening pribadi yang disamarkan sebagai rekening resmi atau bendahara lelang.
Kedua, online shop fiktif. Pelaku menawarkan barang dengan harga sangat murah di media sosial untuk menarik korban. Setelah transaksi, korban dihubungi oleh pelaku lain yang mengaku sebagai petugas bea cukai dan meminta uang tambahan dengan alasan barang ilegal. Dalam menjalankan aksinya, sering kali pelaku memberi ancaman hukuman.
Ketiga, kiriman diplomatik palsu. Pelaku memberi tahu korban bahwa ada paket diplomatik yang tertahan di bea cukai. Untuk meyakinkan korban, pelaku sering menggunakan dokumen palsu dan meminta sejumlah uang agar paket dapat dikirim.
Keempat, money laundry. Money laundering terjadi ketika pelaku mengaku akan mengirimkan uang tunai dalam jumlah besar atau hadiah dari luar negeri tetapi uang tersebut tertahan di bea cukai. Korban diminta membayar sejumlah uang agar paket tersebut bisa dikirim.
Kelima, modus asmara. Modus asmara sering menargetkan korban dengan membangun kepercayaan, biasanya terhadap perempuan.
Pelaku mengaku mengirim barang berharga seperti ponsel, emas, atau uang. Barang-barang itu kemudian dibuat seolah-olah tertahan di bea cukai karena melebihi batas nilai atau perlu membayar bea masuk. Korban diminta mentransfer uang agar paket tersebut bisa dikirimkan.
Apabila masyarakat mengalami kejadian yang serupa dengan ciri-ciri di atas maka jangan ragu untuk menghubungi bea cukai melalui siaran komunikasi contact center 1500225 dan media sosial resmi bea cukai. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.