RAPBN 2025

Kemenkeu Ajukan Pagu Rp21,08 Triliun untuk Kelola Penerimaan Negara

Dian Kurniati | Senin, 10 Juni 2024 | 12:30 WIB
Kemenkeu Ajukan Pagu Rp21,08 Triliun untuk Kelola Penerimaan Negara

Slide yang dipaparkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mengusulkan anggaran sejumlah Rp21,08 triliun guna melaksanakan 152 kegiatan yang menyangkut program pengelolaan penerimaan negara pada tahun anggaran 2025.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan usulan nilai anggaran senilai Rp21,08 triliun tersebut terdiri atas pagu indikatif sejumlah Rp2,38 triliun dan atribusi dari program dukungan manajemen senilai Rp18,7 triliun.

"Kami ingin menunjukkan pengelolaan anggaran yang langsung dikelola oleh unit eselon I versus yang merupakan share services, tetapi sebetulnya attributed kepada mereka," katanya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (10/6/2024).

Baca Juga:
Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Sri Mulyani menuturkan program pengelolaan penerimaan negara tersebut diampu oleh 4 unit eselon I, yaitu Ditjen Pajak (DJP), Ditjen Bea dan Cukai (DJBC), Ditjen Anggaran (DJA), dan Lembaga National Single Window (LNSW).

Dia menjelaskan terdapat 5 kegiatan utama dalam program pengelolaan penerimaan negara pada tahun depan. Pertama, meningkatkan pelayanan, komunikasi, dan edukasi dengan output antara lain perbaikan sistem logistik nasional, integrasi sistem informasi kegiatan hulu migas, serta perbaikan pasar promosi ekspor UMKM (KITE IKM).

Kedua, pengawasan dan penegakan hukum dengan output antara lain kerja sama penyidikan tindak pidana perpajakan dan tindak pidana pencucian uang lintas negara, sinergi patroli laut, serta pengawasan PNBP.

Baca Juga:
Aturan Permintaan Suket Hal yang Jadi Dasar Surat Keputusan Keberatan

"Pengawasan dan penegakan hukum menjadi sangat penting, selain kita memberikan edukasi dan pelayanan, tetapi juga enforcement yang baik dan tetap sinergi maupun tetap konsisten dengan undang-undang," ujar Sri Mulyani.

Ketiga, ekstensifikasi penerimaan negara untuk mencegah basis pajak mengalami erosi. Output kegiatan ini antara lain data dan informasi perpajakan, serta laporan hasil analisis data perpajakan.

Keempat, penanganan keberatan, banding, dan gugatan dengan output antara lain putusan penanganan perkara, serta dokumen penyelesaian banding DJP. Kelima, perumusan kebijakan administratif dengan output antara lain pengembangan regulasi dan kebijakan baru PNBP. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China