KPP PRATAMA CURUP

Kegiatan Membangun Sendiri Dilakukan Bertahap, Begini Aturan PPN-nya

Redaksi DDTCNews | Minggu, 07 Juli 2024 | 17:00 WIB
Kegiatan Membangun Sendiri Dilakukan Bertahap, Begini Aturan PPN-nya

CURUP, DDTCNews - Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Curup mengadakan edukasi terkait dengan pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri (KMS) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 61/2022.

Kasie Pengawasan III KPP Pratama Curup Toni Agung Irawan menjelaskan PPN KMS dikenakan atas kegiatan membangun bangunan, baik bangunan baru maupun perluasan bangunan lama, yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

“Tidak semua kegiatan membangun sendiri dikenakan pajak. Kriteria bangunan yang dikenakan PPN KMS sesuai dengan PMK-61/2022 ialah wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu,” katanya seperti dikutip dari situs web DJP, Minggu (7/7/2024).

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Persyaratan tertentu yang dimaksud adalah konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis dan/atau baja, diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha, dan luas keseluruhan paling sedikit 200 meter persegi.

Lebih lanjut, KMS—berdasarkan PMK 61/2022—terbagi menjadi KMS sekaligus dan KMS bertahap. KMS bertahap dianggap sebagai satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan membangun tersebut tidak lebih dari 2 tahun.

“Contoh, bangun rumah tahap I pada 2022 seluas 150 meter persegi dan 2023 bangun lagi senilai 150 meter persegi (masih dalam jangka waktu 2 tahun), berarti KMS itu dianggap 1 kesatuan. Jadi, PPN KMS dikenakan atas luas bangunan 150+150 = 300 meter persegi,” jelas Toni.

Baca Juga:
Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Toni juga menerangkan perhitungan PPN terutang dengan menggunakan rumus tarif besaran tertentu dikali dasar pengenaan pajak (DPP). Besaran tertentu yaitu 20% dari 11%. Artinya, 2,2% dikali biaya dalam pembangunan.

Sementara itu, jangka waktu penyetoran PPN KMS ialah setiap masa pajak (bulan) mulai membangun hingga selesai kegiatan membangun.

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja