KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jokowi Mau Bentuk Kementerian Investasi, Ini Pandangan Hipmi

Redaksi DDTCNews | Senin, 12 April 2021 | 17:15 WIB
Jokowi Mau Bentuk Kementerian Investasi, Ini Pandangan Hipmi

Presiden Joko Widodo (tengah). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/rwa.

JAKARTA, DDTCNews – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mendukung rencana pemerintah untuk membentuk kementerian baru dalam meningkatkan investasi sebagai salah satu cara dalam menggerakkan ekonomi nasional.

Ketua Bidang Perbankan dan Keuangan BPP Hipmi Ajib Hamdani mengatakan kementerian investasi akan mendukung agenda kerja Presiden Jokowi dalam meningkatkan kualitas SDM, pembangunan infrastruktur, deregulasi, debirokratisasi dan transformasi ekonomi.

"Kementerian investasi, yang diharapkan menjadi pemecah kebuntuan dan bottlenecking investasi menjadi langkah nyata pemerintah mendorong debirokratisasi dan tercipta iklim investasi yang lebih business friendly," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (12/4/2021).

Baca Juga:
Catat! Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan SKP Tak Berubah

Ajib menilai upaya mengamankan kinerja investasi sangat penting bagi proses pemulihan ekonomi. Apalagi, investasi menopang lebih dari 30% PDB. Rencana pembentukan kementerian investasi juga sejalan dengan kebijakan deregulasi seperti diatur dalam UU Cipta Kerja.

Menurutnya, pemerintah akan memiliki instrumen kuat dalam menarik kegiatan investasi masuk ke Indonesia. Hadirnya kementerian tersebut juga membuat target investasi 2021 senilai Rp900 triliun dapat dicapai.

"Dengan target investasi tahun ini sejumlah Rp900 triliun, ini adalah target yang relatif achievable, dengan beberapa catatan. Salah satunya adalah penguatan infrastruktur penarik investasi. Kementerian investasi menjadi sebuah jawaban di saat yang tepat," tuturnya.

Baca Juga:
Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Ajib menambahkan kegiatan investasi masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini. Hal ini juga tidak terlepas dari kondisi pandemi yang belum selesai dan menjadi faktor utama kontraksi ekonomi.

"Sampai terbentuknya herd immunity ke depan, sisi permintaan masih harus ditopang oleh pemerintah dan sisi supply harus terus diberikan insentif. Investasi harus menjadi salah satu penopang PDB dan pertumbuhan ekonomi yang bisa diandalkan," ujarnya. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra