KEBIJAKAN KEPABEANAN

Ini Alasan DJBC Bekali Calon Pekerja Migran Soal Aturan Kepabeanan

Dian Kurniati | Jumat, 14 Oktober 2022 | 15:30 WIB
Ini Alasan DJBC Bekali Calon Pekerja Migran Soal Aturan Kepabeanan

Kantor Pusat Ditjen Bea dan Cukai. 

JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) memberikan bekal pengetahuan mengenai ketentuan kepabeanan kepada para calon pekerja migran sebagai salah satu upaya untuk menekan potensi pelanggaran aturan.

Pemeriksa Bea dan Cukai Ahli Pertama Bea Cukai Juanda Chondro Yuwono mengatakan pembekalan pengetahuan kepabeanan telah rutin diberikan sebagai bagian dari rangkaian program Kawan Migran yang digagas Kantor Bea Cukai Juanda.

"Program Kawan Migran bertujuan memberikan kemudahan layanan sekaligus mengedukasi para PMI (pekerja migran Indonesia) atas aturan di bidang kepabeanan dan cukai," katanya, dikutip pada Jumat (14/10/2022).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Chondro menuturkan pembekalan yang diberikan kepada calon pekerja migran di antaranya mengenai aturan barang bawaan penumpang, barang kiriman, dan International Mobile Equipment Identity (IMEI) pada gawai.

Baru-baru ini, sambungnya, Kantor Bea Cukai Juanda telah memberikan pembekalan terkait dengan ketentuan tersebut kepada calon pekerja migran yang bakal diberangkatkan ke Malaysia, Taiwan, dan Hongkong.

Chondro menjelaskan aturan pertama yang perlu dipahami para calon pekerja migran ialah mengenai barang bawaan penumpang ke luar negeri.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Saat hendak diberangkatkan ke luar negeri, pekerja migran perlu melaporkan beberapa barang antara lain perhiasan yang hendak diperdagangkan, barang yang akan dibawa kembali ke Indonesia, barang ekspor yang kena bea keluar, serta uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lainnya yang mencapai Rp100 juta atau lebih dalam rupiah atau mata uang asing kepada petugas DJBC di terminal keberangkatan internasional.

Dia juga meminta setiap calon pekerja migran mempelajari ketentuan soal barang kiriman. Melalui PMK 203/2017, bawaan penumpang untuk barang personal use dengan nilai pabean maksimal free on board (FOB) US$500 per orang dibebaskan dari bea masuk dan pajak impor.

Pembebasan yang diberikan berupa bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PDRI) yang terdiri atas PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22. Untuk barang yang melebihi batas nilai pabean maka atas kelebihan tersebut dipungut bea masuk dan PDRI.

Baca Juga:
Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

"Ketentuan ini juga mengatur pengenaan pajak dengan tarif tertentu atas barang khusus, di antaranya adalah sepatu, tas, tekstil, dan buku," ujar Chondro.

Terakhir, ia juga menjelaskan mengenai IMEI untuk gawai berupa handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT). Menurutnya, aturan soal IMEI biasanya membingungkan pekerja migran yang kontrak kerjanya telah selesai dan hendak kembali ke Indonesia.

Agar perangkat yang dibeli dari luar negeri bisa memperoleh jaringan/sinyal maka penumpang perlu registrasi IMEI saat tiba di bandara dengan pembatasan sebanyak 2 gawai per penumpang setiap kedatangan. Pendaftaran IMEI akan dilayani petugas DJBC di bandara tanpa pungutan biaya.

Dia berharap pemahaman tentang ketentuan kepabeanan dapat membantu para pekerja migran dalam proses customs clearance ketika keberangkatan dan pemulangannya. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja