INSENTIF COVID-19

Industri KITE Boleh Jualan di Dalam Negeri, DJBC: Baru Dipakai Donasi

Muhamad Wildan | Sabtu, 20 Juni 2020 | 09:00 WIB
Industri KITE Boleh Jualan di Dalam Negeri, DJBC: Baru Dipakai Donasi

Gedung Ditjen Bea dan Cukai. (foto: DJBC) 

JAKARTA, DDTCNews—Kelonggaran yang diberikan kepada perusahaan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) untuk menjual sebagian produksinya ke dalam negeri justru dimanfaatkan untuk menyalurkan donasi.

Kepala Subdirektorat Jenderal Humas Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Deni Surjantoro mengatakan tidak mudah bagi perusahaan KITE untuk menemukan konsumen baru di pasar domestik.

“Dari catatan kami, kebijakan ini baru dimanfaatkan oleh perusahaan KITE yang mendonasikan hasil produksi berupa makanan kaleng dalam bentuk ikan tuna ke lembaga sosial," kata Deni, Sabtu (20/6/2020).

Baca Juga:
Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Untuk diketahui, perusahaan KITE selama ini sama sekali tidak boleh menjual hasil produksi ke dalam negeri. Namun, perusahaan KITE kini dapat menjual produknya di dalam negeri paling banyak 50% dari nilai ekspor tahun sebelumnya.

Kelonggaran tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 31/2020 tentang Insentif Tambahan Untuk Perusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat Dan/Atau KITE Untuk Penanganan Dampak Bencana Penyakit Covid-19.

Untuk memanfaatkan fasilitas ini, perusahaan pada akhirnya dituntut untuk menggeser pasarnya dari luar negeri ke dalam negeri dan ternyata menemukan pasar di dalam negeri tidak sepenuhnya mudah.

Baca Juga:
Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Deni juga menerangkan bahwa perusahaan KITE bukanlah perusahaan yang memproduksi barangnya secara massal. Perusahaan KITE baru berproduksi apabila ada permintaan dari konsumen atau pedagang eceran yang berminat atas produk tersebut

Seiring dengan pelonggaran PSBB dan dimulainya era kenormalan baru atau new normal, ia berharap muncul potensi baru di pasar domestik yang bisa dimanfaatkan perusahaan KITE untuk menjual produknya.

"Mereka ada produksi ketika ada yang permintaan, dan shifting market ini kan perlu waktu. Kita harap fasilitas ini bisa dipakai ketika permintaan pulih pada kuartal III/2020 ini," tutur Deni. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 14:30 WIB KPP PRATAMA BENGKULU SATU

Mobil Rp200 Juta Disita KPP, Bakal Dilelang Kalau Utang Tak Dilunasi

Kamis, 26 Desember 2024 | 14:00 WIB KILAS BALIK 2024

Februari 2024: Wajib Pajak Bereaksi karena Potongan PPh 21 Lebih Besar

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

Jelang Coretax Diterapkan, PKP Bakal Perlu Bikin Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 13:00 WIB PROVINSI JAWA TIMUR

Opsen Berlaku 2025, Pemprov Turunkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan

Kamis, 26 Desember 2024 | 12:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

PKP Risiko Rendah Diterbitkan SKPKB, Kena Sanksi Kenaikan atau Bunga?

Kamis, 26 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK DAERAH

9 Jenis Pajak Daerah Terbaru yang Ditetapkan Pemkot Sibolga

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Januari 2024: Ketentuan Tarif Efektif PPh Pasal 21 Mulai Berlaku

Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?