KOTA MEDAN

Inalum Bantah Tunggak Pajak Air Permukaan

Redaksi DDTCNews | Senin, 20 Juni 2016 | 11:21 WIB
Inalum Bantah Tunggak Pajak Air Permukaan

MEDAN, DDTCNews — Persoalan sengketa pajak air permukaan (PAP) antara Pemprov Sumatera Utara (Sumut) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum) masih menunggu keputusan pengadilan pajak. Sebelumnya, pengadilan pajak sudah dua kali menggelar sidang. Hingga saat ini, PT Inalum masih tetap bersikukuh tidak menunggak PAP.

Direktur Operasional PT Inalum Sahala Sijabat mengatakan, PT Inalum selalu membayar kewajiban pajak kepada pemerintah pusat dan Pemprov Sumut, baik saat masih berstatus penanaman modal asing (PMA) maupun setelah bertransformasi menjadi badan usaha milik negara (BUMN) seperti sekarang.

“Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Sumut telah menagih PAP melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD), kami sudah melunasinya. Sekarang yang jadi masalah adalah PAP atas pembangkit listrik di Sungai Asahan yang digunakan untuk kepentingan sendiri,” ujar Sahala, beberapa waktu lalu.

Baca Juga:
Opsen Pajak Kendaraan Tidak Berlaku di Jakarta, Ternyata Ini Sebabnya

Dalam menjalankan aktivitasnya, selama ini PT Inalum memang menggunakan beberapa sungai seperti Tanjung dan Sipare-pare di Batubara, Simanimbo di Toba Samosir, dan Sungai Asahan. Terkait dengan Sungai Asahan, PT Inalum menggunakannya untuk pembangkit listrik dan kepentingan sendiri.

Atas penggunaan untuk kepentingan sendiri, terjadi perbedaan persepsi antara Dispenda dengan PT Inalum. Untuk menghitung pajak terutang, Dispenda menggunakan tarif industri berupa kubikasi air sebesar Rp150/m3, sedangkan PT Inalum menggunakan tarif pembangkit listrik sebesar Rp75 per Kwh.

Kepala Bidang PAP Dispenda Provinsi Sumut, Rita Mustika mengatakan PT Inalum seharusnya membayar PAP sebesar Rp41 miliar hingga Rp43 miliar per bulan, tetapi yang disetor hanya Rp2 miliar per bulan.

Baca Juga:
Ratusan ASN Nunggak PBB, Pemda Gencarkan Penagihan dan Siapkan Sanksi

Atas kasus ini, PT Inalum telah mengajukan tiga kali keberatan. Pertama, keberatan diajukan pada 24 Desember 2014 lalu untuk masa pajak November 2013-September 2015. Kedua, keberatan kembali diajukan untuk masa pajak Oktober 2015-Desember 2015. Ketiga, keberatan untuk masa Januari 2016.

Keberatan pertama dan kedua ditolak Pemprov Sumut. Atas penolakan keberatan kedua, PT Inalum mengajukan banding ke pengadilan pajak. Proses banding ini lah yang sampai saat ini masih menjadi sengketa. (Amu)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 24 Desember 2024 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 14:00 WIB PROVINSI DAERAH KHUSUS JAKARTA

Opsen Pajak Kendaraan Tidak Berlaku di Jakarta, Ternyata Ini Sebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 12:30 WIB KABUPATEN PURWOREJO

Ratusan ASN Nunggak PBB, Pemda Gencarkan Penagihan dan Siapkan Sanksi

Selasa, 24 Desember 2024 | 10:00 WIB PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Antisipasi Dampak Opsen, Pemprov Kalbar Beri Keringanan Pajak

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra