M. Chatib Basri.
JAKARTA, DDTCNews – Kinerja perekonomian nasional pada tahun ini dinilai akan sama beratnya dengan tahun lalu. Sejumlah faktor dinilai akan berisiko menghambat laju pertumbuhan ekonomi pada 2019.
Ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan ada beberapa tantangan yang berisiko menekan laju pertumbuhan ekonomi. Salah satu tantangan tersebut adalah tren penurunan harga komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia.
"Ini akan berpengaruh ke ekspor kita, kemudian penerimaan pemerintah. Tugas Bu Sri Mulyani tidak akan mudah karena penerimaan akan kena,” ungkapnya dalam diskusi bertajuk ‘Indonesia Bukan Negara Miskin’.
Penerimaan negara baik perpajakan maupun nonperpajakan berisiko tertekan. Harga komoditas yang turun pada gilirannya menekan kinerja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pajak dari pertambangan. Padahal, tahun lalu, harga komoditas telah memberikan windfall pada penerimaan.
Menurutnya, ekses turunnya harga komoditas akan memengaruhi daerah yang selama ini bergantung kepada ekspor komoditas itu sendiri. Setidaknya, ada tiga wilayah. Yakni Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah.
Program jaminan dan bantuan sosial idealnya sudah ditujukan untuk masyarakat di tiga daerah tersebut. Sehingga, efek penurunan harga komoditas tidak terlalu memukul perekonomian masyarakat. Hal ini untuk menjaga daya beli masyarakat yang selama ini masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.
"Saya lihat, pertumbuhan ekonomi kita more or less kira-kira akan sama dengan kondisi sekarang, kalau itu sudah diantisipasi dengan baik dari sisi fiskal,” imbuh Chatib. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.