AMERIKA SERIKAT

Harga BBM Melambung, Senat AS Usulkan Pajak Tambahan Atas Sektor Migas

Muhamad Wildan | Sabtu, 18 Juni 2022 | 10:00 WIB
Harga BBM Melambung, Senat AS Usulkan Pajak Tambahan Atas Sektor Migas

Harga bahan bakar di atas 8 dolar diiklankan di sebuah stasiun pengisian bahan bakar Chevron di Los Angeles, California, Amerika Serikat, Senin (30/5/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Lucy Nicholson/WSJ/cfo

WASHINGTON D.C., DDTCNews - Ketua Komite Keuangan Senat Amerika Serikat (AS) Ron Wyden mengusulkan pengenaan pajak tambahan (surtax) sebesar 21% atas laba berlebih yang diterima oleh perusahaan migas.

Tidak seperti windfall tax yang mulai diterapkan di beberapa negara, Wyden mengeklaim pajak tambahan yang diusulkannya akan dikenakan berdasarkan profit margin.

"Ketika orang AS harus membayar lebih, perusahaan migas menikmati peningkatan laba yang signifikan dan memanfaatkan celah yang ada untuk tidak membayar pajak," ujar Wyden, dikutip Sabtu (18/6/2022).

Baca Juga:
Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Dalam beleid yang diusulkannya, pajak tambahan akan dikenakan terhadap perusahaan migas dengan laba di atas US$1 miliar per tahun. Setiap laba di atas profit margin 10% dianggap sebagai laba berlebih dan dikenai pajak tambahan sebesar 21%.

Untuk diketahui, sebelumnya pihak Gedung Putih AS menyatakan terbuka atas opsi pengenaan windfall tax terhadap perusahaan-perusahaan migas.

Wakil Direktur National Economic Council Bharat Ramamurti mengatakan 5 perusahaan migas di AS menikmati laba 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan situasi normal serta merta karena perang antara Rusia dan Ukraina.

Baca Juga:
Otoritas Ini Usulkan Perubahan Aturan Pencegahan WP ke Luar Negeri

Sepanjang mampu menurunkan inflasi, semua opsi kebijakan tetap dipertimbangkan oleh pemerintah. "Kami mempertimbangkan semua proposal yang ada [termasuk windfall tax]. Banyak permasalahan yang harus diselesaikan," ujar Ramamurti.

Untuk diketahui, saat ini harga BBM pada level konsumen di AS sudah melampaui US$5 per galon. Implikasinya, inflasi di AS tercatat sudah mencapai 8,6%, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Senin, 23 Desember 2024 | 12:30 WIB NATAL DAN TAHUN BARU 2025

Stok Cukup, Kementerian ESDM Siap Penuhi Kebutuhan BBM Nataru 2025

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra