Kepala BKF Febrio Kacaribu.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022 akan lebih lambat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, meski ekonomi sedang dalam proses pemulihan.
Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengatakan pemerintah memprediksi kinerja perekonomian pada periode April-Juni 2022 hanya tumbuh di atas 5% year on year (yoy), atau lebih rendah daripada realisasi April-Mei 2021 yang tumbuh mencapai 7,07% yoy.
"Kuartal kedua apakah kita tumbuh 7%? Jawabannya tidak, tapi yang pasti di atas 5%," dalam acara Indonesia Macroeconomic Updates 2022, Senin (4/4/2022).
Meski demikian, Febrio mengatakan outlook pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022 setidaknya masih dalam zona positif. Hal ini dipengaruhi oleh 2 faktor utama.
Pertama, pengendalian kasus harian Covid-19 makin menurun. Menurutnya salah satu keberhasilan ini adalah tingginya tingkat vaksinasi di Indonesia, baik dosis pertama, kedua, dan booster. Turunnya kasus penularan Covid-19, menjadi dasar pemerintah untuk melonggarkan PPKM.
“Kita melihat bagaimana beberapa waktu terakhir ini sangat baik perkembangannya dan perbandingannya antara Delta dan Omicron. Tingkat kematiannya juga berbeda jauh,” jelas Febrio.
Kedua, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) diharapkan mampu meredam dampak pandemi Covid-19 mulai dari sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi masyarakat pada kuartal II/2022.
Melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dianggarkan senilai Rp455,62 triliun, Febrio optimistis hal ini dapat memitigasi pemburukan ekonomi akibat Covid-19. Terutama, program perlindungan sosial akan digencarkan pada periode April-Juni 2022.
"Dan ini sudah kami buktikan 2020 dan 2021 bagaimana APBN selalu hadir dan siap jadi shock absorber. Pada 2020 pengangguran meningkat tajam, 2021 kami berhasil turunkan lagi, walaupun ke depan kami ingin terus turunkan ke level sebelum 2020," ujarnya.
Selain itu, Febrio mengatakan perekonomian di kuartal II/2022 juga akan tersokong oleh peningkatan konsumsi, ekspor, serta investasi. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.