Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (foto: Kemenkeu)
JAKARTA, DDTCNews – Memasuki era revolusi industri 4.0, banyak pekerjaan manusia yang akan digantikan oleh robot atau kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Pendekatan pendidikan yang hanya fokus pengembangan intelligence quotient (IQ) saja tidak lagi relevan.
Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menghadiri acara milad Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Rabu (2/10/2019). Menurutnya, jika harus berkompetisi dengan robot dari sisi IQ, kemungkinan manusia akan dikalahkan.
“Ilmu yang sifatnya memorizing atau menghafal akan sangat mudah digantikan oleh AI. Sekarang ini robot IQ-nya mudah mencapai 700 bahkan sekarang sudah 70.000. [Sementara] orang dengan IQ 150 sudah dianggap jenius,” katanya, seperti dikutip dari laman resmi Kemenkeu.
Oleh karena itu, pendekatan pendidikan harus mulai mengasah kemampuan emotional intelligence (EI). Generasi muda, sambungnya, harus mengasah keahlian yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga mengasah kepekaan, rasa, dan kreativitas.
Setiap individu yang bisa menggabungkan segala keahlian tersebut diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang kompleks dan rumit yang memerlukan penanganan kecerdasan maupun empati dan inovasi.
Menurutnya, terdapat beberapa keterampilan manusia yang tidak mudah digantikan oleh mesin, misalnya empati, kreativitas, dan keahlian analitis atas masalah yang bersifat kompleks. Untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul di era teknologi, setiap individu perlu mengasah kemampuan tersebut dengan terus memanfaatkan perkembangan teknologi.
“Lapangan kerja yang bersifat manual, repetitif sangat mudah diganti oleh robot dan terkena dampak otomatisasi,” imbuh Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan menyarankan agar Unisa dapat mendesain kurikulum sesuai perkembangan zaman. Ilmu dan keahlian yang akan bersifat jangka panjang perlu diidentifikasi, dipertahankan, dan ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi.
“Kita harus mampu mendidik manusia yang tidak hanya memorizing melakukan manual work, tetapi yang mampu melakukan analytical work, kreativitas, dan suatu complex problem solving. Itu hanya bisa dilakukan oleh manusia melalui interaksi otak dan hati. Robot bisa menggantikan [kecerdasan] otak kita tapi dia tidak bisa meng-create hati,” katanya. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.