EKONOMI INDONESIA

Biodiesel Jadi Solusi Tambal Defisit Neraca Perdagangan

Redaksi DDTCNews | Senin, 23 Juli 2018 | 10:10 WIB
Biodiesel Jadi Solusi Tambal Defisit Neraca Perdagangan

JAKARTA, DDTCNews - Komponen Minyak dan Gas (Migas) jadi penyumbang utama defisit neraca perdagangan Indonesia sejak awal tahun 2018. Oleh karena itu, sejumlah cara akan dilakukan untuk menekan impor bahan bakar minyak.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah akan meningkatkan pelaksanaan penggunaan bauran minyak sawit dalam bahan bakar solar (Biodiesel 20/B20). Jika B20 itu bisa terlaksana hingga 90%, maka dipastikan akan bisa menghemat devisa dan menekan defisit neraca perdagangan.

"Kalau B20 bisa terlaksana 90% saja dari seharusnya, kita bisa menghemat devisa. kita akan mengurangi impor, menghemat devisa hampir US$5,5 miliar jadi bisa menutup defisit migas kita," katanya, Minggu (22/7).

Baca Juga:
DJP Klaim Insentif Pajak 2025 Sudah Akomodir Rumah Tangga dan UMKM

Mantan Dirjen Pajak itu menerangkan secara total defisit neraca perdagangan Indonesia sebetulnya tidaklah besar yaitu hanya sebesar US$1,03 miliar. Sebagain besar defisit tersebut disumbang oleh sektor migas.

"Tetapi kalau dilihat migas saja berapa defisitnya? Itu US$5,4 miliar. Non-migas surplus, tapi hanya US$4,4 miliar, sehingga totalnya defisit US$1,03 miliar. Itu yang kita harus atasi," terangnya.

Oleh karena itu, sektor migas harus segera dibenahi agar bisa mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia. Sektor ini manjadi kunci, karena sektor non migas telah mencatatkan surplus.

Baca Juga:
PPN Jadi Naik, Berikut Daftar Lengkap Paket Kebijakan Ekonomi 2025!

"Tapi pasti perlu waktu beberapa bulan untuk melaksanakan itu. Karena untuk menyalurkan B20, selama ini kalau melalui SPBU sudah jalan, anda kalau beli bio diesel itu B20," katanya.

Lebih lanjut, selain untuk konsumsi umum, Darmin menerangkan sektor lain juga harus menggunakan BBM B20 ini. Mulai dari kereta api, kapal, pembangkit listrik hingga alat berat akan menggunakan B20 sebagai bahan bakarnya.

"Kalau itu kita bisa lakukan dalam beberapa bulan ini, ya mungkin dalam satu atau dua bulan masih rendah, tapi kalau dalam enam bulan bisa penuh B20 maka kita bisa mengharapkan setelah itu kita bisa surplus," tutupnya. (Amu)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Sabtu, 21 Desember 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

DJP Klaim Insentif Pajak 2025 Sudah Akomodir Rumah Tangga dan UMKM

Senin, 16 Desember 2024 | 11:05 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

PPN Jadi Naik, Berikut Daftar Lengkap Paket Kebijakan Ekonomi 2025!

Senin, 16 Desember 2024 | 09:17 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Paket Kebijakan Ekonomi yang Baru Harus Bisa Dongkrak Daya Beli

Minggu, 15 Desember 2024 | 13:13 WIB PEREKONOMIAN GLOBAL

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kebijakan Trump terhadap Ekonomi Indonesia

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra