JAKARTA, DDTCNews - Risiko fiskal Indonesia telah diminimalkan dengan bergulirnya program pengampunan pajak (tax amnesty). Besarnya dana yang terkumpul menjadi penyebab utamanya, baik melalui uang tebusan, deklarasi, maupun repatriasi.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves mengatakan periode II program tax amnesty dinilai mampu meningkatkan belanja modal yang akan berdampak positif pada pertumbuhan. Sebagaimana diungkapkan dalam laporan triwulan Bank Dunia untuk Indonesia (Indonesia Economic Quarterly/IEQ).
"Program tax amnesty pada periode I mampu mencapai lebih dari 56% targetnya. Besarnya dana yang masuk memperbaiki tata kelola fiskal dan mereformasi struktural," ujarnya di Jakarta, Selasa (25/10).
Tax amnesty telah menurunkan risiko fiskal, tercermin dari sejumlah indikasi yang semakin membaik. Tidak hanya itu, reformasi kebijakan juga telah menekan angka kemiskinan Indonesia.
Rodrigo menambahkan, angka kemiskinan telah mengalami penurunan sekitar 0,4% pada kuartal I tahun 2016. Penurunan ini merupakan penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir.
Tanggapan tepat waktu dari pemerintah dan penyaluran bantuan tunai masyarakat berperan penting dalam mengurangi angka kemiskinan. Sehingga mampu menstabilkan harga beras, operasi pasar oleh Bulog, dan manajemen impor beras.
Selain itu, ketimpangan yang tengah terjadi di Indonesia menurun senilai 1,1 poin, dari 40,8 menjadi 39,7. Menurutnya, ketimpangan sebesar 39,7 masih terbilang cukup tinggi namun penurunan 1,1 poin merupakan penurunan terbesar sejak krisis Asia pada tahun 1997-1998.
"Besarnya dana yang terkumpul pada program tax amnesty membuat kondisi perekonomian kian membaik. Tentunya diiringi dengan beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk semakin mendorong pertumbuhan Indonesia," tuturnya. (Gfa)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.