INGGRIS

Asosiasi Pengusaha Minta Rencana Pajak Gula dan Garam Dikaji Ulang

Redaksi DDTCNews | Rabu, 21 Juli 2021 | 12:30 WIB
Asosiasi Pengusaha Minta Rencana Pajak Gula dan Garam Dikaji Ulang

Ilustrasi.

LONDON, DDTCNews – Asosiasi produsen makanan minuman (Food and Drink Federation/FDF) meminta Pemerintah Inggris untuk meninjau ulang rencana pengenaan pajak gula dan garam.

Ketua FDF Ian Wright mengatakan kelompok keluarga miskin akan sangat terdampak dari rencana kebijakan tersebut. Menurutnya, pungutan pada level produsen akan langsung memengaruhi biaya yang dikeluarkan konsumen.

"Keluarga miskin akan terkena dampak paling parah. Memperkenalkan pajak makanan saat ini adalah sebuah kegilaan dan penghinaan bagi keluarga kelas pekerja di negara ini," katanya, dikutip pada Rabu (21/7/2021).

Baca Juga:
Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Menurut Wright, rencana tersebut dapat membuat biaya yang dikeluarkan keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan belanja makanan dan minuman naik hingga 11%. Kenaikan itu setara dengan pengeluaran rumah tangga dalam setahun untuk sayuran segar.

Nominal kenaikan yang akan dihadapi keluarga miskin jika regulasi pajak gula dan garam diterapkan sekitar £160 per tahun atau setara dengan Rp3,1 juta. Untuk itu, kebijakan untuk menekan konsumsi makanan cepat saji tersebut bakal kontraproduktif bagi masyarakat kelompok bawah.

"Mereka [pembuat kebijakan] tidak dapat membayangkan betapa sulitnya tahun lalu [bagi keluarga kelas pekerja Inggris]," jelas Wright.

Baca Juga:
Otoritas Ini Usulkan Perubahan Aturan Pencegahan WP ke Luar Negeri

Seperti dilansir The Guardian, laporan strategi pangan nasional Inggris menyebutkan pungutan pajak gula dan garam akan menghasilkan tambahan penerimaan sejumlah £3 miliar. Instrumen fiskal itu disebutkan sebagai cara efektif mengakhiri kecanduan masyarakat Inggris terhadap junk food, menekan konsumsi daging, dan mendukung agenda perubahan iklim.

FDF menyebutkan rencana kebijakan tersebut juga akan menambah biaya pada level produsen senilai £1,7 miliar untuk pengolahan limbah. Lalu, tambahan biaya pengemasan senilai £850 juta dan biaya akibat pembatasan iklan produk makanan berlemak, asin, dan manis sejumlah £833 juta.

"Jika pemerintah serius meningkatkan level kesehatan maka yang perlu dilakukan adalah memberikan insentif pada sektor usaha dan tidak membebani pelaku usaha dengan biaya tambahan," ujar Wright. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Senin, 23 Desember 2024 | 15:45 WIB STATISTIK KEBIJAKAN PAJAK

Pelayanan Kesehatan Medis Bebas PPN Indonesia, Bagaimana di Asean?

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra