KAMUS CUKAI

Apa Itu Dokumen CK-1C?

Nora Galuh Candra Asmarani | Rabu, 10 Juli 2024 | 18:20 WIB
Apa Itu Dokumen CK-1C?

PEMERINTAH mengenakan cukai terhadap barang-barang yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu. Misal, cukai dikenakan terhadap barang yang konsumsinya perlu dikendalikan dan peredarannya perlu diawasi lantaran pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif.

Saat ini, terdapat 3 barang yang termasuk dalam barang kena cukai (BKC) di Indonesia. Ketiga BKC itu meliputi etil alkohol atau etanol; minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol; dan hasil tembakau.

Selain dengan pelekatan pita cukai, berdasarkan pada Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang (UU) Cukai, cukai yang terutang juga dapat dilunasi dengan pembayaran. Pelunasan cukai dengan pembayaran berhubungan dengan dokumen CK-1C. Simak ‘3 Cara Pelunasan Cukai’.

Baca Juga:
Jual Rokok Eceran, Apakah Pedagang Wajib Punya NPPBKC?

Lantas, apa yang dimaksud dengan dokumen CK-1C?

Pelunasan Cukai dengan Cara Pembayaran

Sebelum membahas mengenai Dokumen CK-1C, perlu dipahami terlebih dahulu ketentuan pelunasan cukai dengan cara pembayaran. Ketentuan ini mengacu pada UU Cukai, Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 68/2018, serta PER-24/BC/2018 s.t.d.d PER-5/BC/2022.

Merujuk pada PMK 68/2018 dan PER-24/BC/2018, pelunasan cukai dengan cara pembayaran tidak bisa digunakan untuk semua jenis BKC. Sebab, pemerintah telah mengatur jenis BKC yang cukainya dilunasi dengan cara pembayaran.

Baca Juga:
Gandeng Satpol PP DKI, Bea Cukai Amankan Jutaan Rokok Ilegal

Ada 2 jenis BKC yang cukainya dilunasi dengan cara pembayaran. Pertama, etil alkohol (EA). Kedua, minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA) yang dibuat di Indonesia dengan kadar EA sampai dengan 5%.

Sesuai dengan namanya, pelunasan cukai dengan cara pembayaran dilakukan dengan membayar cukai. Pembayaran itu harus dilakukan sebelum BKC dikeluarkan dari pabrik tempat penyimpanan, tempat penimbunan sementara (TPS), atau tempat penimbunan berikat (TPB).

Nah, CK-1C merupakan sebutan untuk dokumen yang digunakan sebagai media pelunasan cukai dengan cara pembayaran .

Baca Juga:
Efisiensi Logistik, Pemerintah Kombinaskan INSW dan NLE

Pengertian Dokumen CK-1C

Dokumen Pelunasan Cukai dengan Cara Pembayaran (CK-1C) adalah dokumen cukai yang digunakan oleh pengusaha pabrik EA, pengusaha pabrik MMEA, atau pengusaha tempat penyimpanan untuk melunasi cukai dengan cara pembayaran.

Berdasarkan pada pengertian tersebut, CK-1C digunakan oleh pengusaha EA, pengusaha MMEA, dan pengusaha tempat penyimpanan. Pengusaha tersebut menggunakan CK-1C untuk melunasi cukai atas BKC yang dikeluarkan dari pabrik atau tempat penyimpanan.

Sementara itu, pelunasan cukai dengan cara pembayaran atas BKC yang dikeluarkan dari TPS atau TPB tidak menggunakan CK-1C. Adapun pelunasan cukai dengan cara pembayaran atas BKC dari TPS atau TPB menggunakan dokumen sesuai dengan ketentuan TPS dan TPB.

Baca Juga:
Asistensi Fasilitas Kepabeanan, DJBC Beri Pelatihan Soal IT Inventory 

Kembali pada pembahasan CK-1C, pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan dapat mengajukan dokumen CK-1C apabila memenuhi 3 ketentuan. Pertama, Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC) tidak dalam keadaan dibekukan.

Kedua, keputusan penetapan tarif cukai atas merek yang diajukan pada dokumen pelunasan cukai dengan cara pembayaran masih berlaku. Ketiga, tidak sedang memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang belum dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo.

Ketiga ketentuan tersebut bersifat kumulatif sehingga harus dipenuhi seluruhnya. Adapun CK-1C dibuat sesuai dengan contoh format dalam Lampiran Huruf A PER-24/BC/2018. Lampiran tersebut juga telah menguraikan petunjuk pengisian CK-1C.

Baca Juga:
Dua Strategi Bea Cukai Agar Pengusaha Optimalkan Fasilitas Kepabeanan

Selain kondisi dari pengusaha, ada 2 ketentuan terkait dengan waktu pembayaran yang perlu diperhatikan. Ketentuan waktu pembayaran ini dibedakan berdasarkan apakah pengusaha melakukan pembayaran secara tunai atau berkala.

Untuk CK-1C secara tunai, pembayarannya harus dilakukan pada tanggal yang sama dengan dokumen CK-1C. Sementara itu, untuk CK-1C yang mendapat kemudahan pembayaran secara berkala, pembayarannya dilakukan paling lambat pada saat tanggal jatuh tempo sesuai dengan ketentuan mengenai pembayaran cukai secara berkala.

Adapun pembayaran cukai untuk EA yang dibuat di Indonesia atau MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar EA sampai dengan 5% dilakukan melalui bank persepsi atau pos persepsi. Lalu, pembayaran cukai untuk EA yang berasal dari impor dilakukan melalui bank devisa persepsi atau pos persepsi.

Baca Juga:
Pengusaha Vietnam Kembali Minta Cukai Minuman Manis Ditunda

Kemudian, pembayaran cukai untuk EA atau MMEA yang dibuat di Indonesia dengan kadar EA sampai dengan 5% dilakukan secara tunai, kecuali bagi pengusaha pabrik yang mendapat kemudahan pembayaran secara berkala.

Perincian tata cara pelunasan cukai dengan cara pembayaran menggunakan CK-1C dapat disimak dalam UU Cukai, PMK 68/2018, serta PER-24/BC/2018 s.t.d.d PER-5/BC/2022. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 21 Oktober 2024 | 20:00 WIB KEBIJAKAN CUKAI

Jual Rokok Eceran, Apakah Pedagang Wajib Punya NPPBKC?

Senin, 21 Oktober 2024 | 17:30 WIB KAMUS PENERIMAAN NEGARA

Apa Itu Simbara?

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 15:30 WIB BEA CUKAI JAKARTA

Gandeng Satpol PP DKI, Bea Cukai Amankan Jutaan Rokok Ilegal

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Efisiensi Logistik, Pemerintah Kombinaskan INSW dan NLE

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja