KEBIJAKAN PAJAK

WNA Punya KITAS dan NPWP Bisa Pakai PPh Final UMKM 0,5%

Nora Galuh Candra Asmarani | Rabu, 10 April 2024 | 13:00 WIB
WNA Punya KITAS dan NPWP Bisa Pakai PPh Final UMKM 0,5%

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews - Warga negara asing (WNA) yang memiliki Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat turut memanfaatkan tarif PPh final UMKM atas usahanya.

WNA yang memiliki NPWP berarti sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif untuk ditetapkan sebagai wajib pajak dalam negeri (WPDN). Contact center Ditjen Pajak (DJP) atau Kring Pajak menjelaskan hal itu lewat media sosial X sebagai respons atas pertanyaan warganet.

“Karena kewajiban untuk ber-NPWP timbul apabila telah memenuhi 2 syarat [subjektif dan objektif] tersebut. Maka, WNA tersebut akan diperlakukan sebagai WPDN,” tulis Kring Pajak, dikutip pada Rabu (10/4/2024).

Baca Juga:
Sempat Menolak, PDIP Kini Berbalik Dukung PPN 12 Persen

Untuk itu, WNA tersebut dapat menggunakan tarif PPh final UMKM sebesar 0,5% atas usahanya. Tarif PPh final UMKM tersebut dapat dimanfaatkan sepanjang memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) 55/2022.

“Untuk WPDN pelaku usaha dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan tarif 0,5% dengan ketentuan memenuhi PP 55/2022.” Jelas Kring Pajak.

Secara ringkas, berdasarkan pada PP 55/2022, tarif PPh final 0,5% dapat digunakan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WPDN dengan peredaran bruto tertentu. Peredaran bruto tertentu yang dimaksud tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam 1 tahun pajak.

Baca Juga:
Keputusan yang Dikirim via Coretax Dianggap Sudah Diterima Wajib Pajak

Tarif PPh final 0,5% tersebut dapat digunakan baik oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan atas penghasilan dari usaha. Namun, tarif tersebut tidak berlaku selamanya. Tarif hanya dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu.

Khusus bagi wajib pajak orang pribadi, PPh final 0,5% tersebut tidak dikenakan atas peredaran bruto dari usaha sampai dengan Rp500 juta. Bagian peredaran bruto tersebut merupakan jumlah peredaran bruto dari usaha yang dihitung secara kumulatif sejak masa pajak pertama dalam 1 atau bagian tahun pajak. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 24 Desember 2024 | 19:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sempat Menolak, PDIP Kini Berbalik Dukung PPN 12 Persen

Selasa, 24 Desember 2024 | 18:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:27 WIB CORETAX SYSTEM

WP Bisa Akses Aplikasi Coretax Mulai Hari Ini, Fiturnya Masih Terbatas

BERITA PILIHAN
Selasa, 24 Desember 2024 | 21:30 WIB CORETAX SYSTEM

Simak! Keterangan Resmi DJP Soal Tahapan Praimplementasi Coretax

Selasa, 24 Desember 2024 | 19:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sempat Menolak, PDIP Kini Berbalik Dukung PPN 12 Persen

Selasa, 24 Desember 2024 | 18:00 WIB KANWIL DJP JAKARTA BARAT

Hingga November, Kanwil DJP Jakbar Kumpulkan Pajak Rp57,67 Triliun

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:27 WIB CORETAX SYSTEM

WP Bisa Akses Aplikasi Coretax Mulai Hari Ini, Fiturnya Masih Terbatas

Selasa, 24 Desember 2024 | 17:00 WIB PMK 81/2024

Ini Aturan Terbaru Pengkreditan Pajak Masukan Sebelum Pengukuhan PKP

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 16:00 WIB CORETAX SYSTEM

Nanti Ada Coretax, Masih Perlu Ajukan Sertifikat Elektronik?

Selasa, 24 Desember 2024 | 15:00 WIB KPP PRATAMA KOSAMBI

Utang Pajak Rp632 Juta Tak Dilunasi, Mobil WP Akhirnya Disita KPP