Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Januari 2020 tercatat senilai US$410,8 miliar (sekitar Rp6.118 triliun). Angka ini mengalami pertumbuhan 7,5% secara tahunan.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), ULN Indonesia pada akhir Januari 2020 tersebut terbagi atas utang pemerintah dan bank sentral US$207,8 miliar serta utang swasta – termasuk BUMN – senilai US$203,0 miliar. ULN tumbuh 7,5%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya 7,7%.
“Perkembangan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan ULN swasta,” jelas BI dalam keterangan resmi, Senin (16/3/2020).
Pertumbuhan ULN pemerintah sebenarnya sedikit meningkat di tengah perlambatan ULN swasta. ULN pemerintah tercatat tumbuh 9,5% menjadi US$204,9 miliar. Pertumbuhan itu lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Perkembangan ULN pemerintah, sambung BI, didominasi oleh arus dana investor nonresiden di pasar surat berharga nasional (SBN), termasuk dari penerbitan obligasi global dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan euro.
Penerbitan obligasi global merupakan bagian dari strategi pembiayaan APBN dengan memanfaatkan kondisi pasar keuangan yang relatif stabil dan persepsi positif yang kuat dari investor. Posisi obligasi global pada Januari 2020, lanjut BI, meningkat sebesar US$2,7 miliar atau tumbuh 8,1%.Sementara itu, posisi SBN domestik meningkat sebesar US$2,4 miliar atau tumbuh 21,9%.
Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa sektor itu adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,5% dari total ULN pemerintah), sektor jasa pendidikan (16,3%), sektor konstruksi (16,2%), sektor jasa keuangan dan asuransi (12,9%), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,6%).
Sementara itu, ULN swasta tumbuh melambat dari bulan sebelumnya. Posisi ULN swasta pada akhir Januari 2020 hanya tumbuh 5,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,5% (yoy).
Perkembangan ini dipengaruhi oleh perlambatan ULN lembaga keuangan. Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan & penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 77,3%.
BI menilai struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada Oktober 2019 sebesar 36,0%, menurun dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.
Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 89,3% dari total ULN. Dalam rangka menjaga struktur ULN tetap sehat, BI dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
“Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” katanya. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.