FILIPINA

RUU PPN PMSE Digodok, Dorong Perlakuan yang Setara di Filipina

Dian Kurniati | Sabtu, 10 Februari 2024 | 10:30 WIB
RUU PPN PMSE Digodok, Dorong Perlakuan yang Setara di Filipina

Ilustrasi. 

MANILA, DDTCNews - RUU yang memperluas cakupan pajak pertambahan nilai (PPN) pada perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) akan segera dibahas dalam sidang pleno senat.

Ketua Komite Senat Sherwin Gatchalian menyatakan dukungannya untuk mengesahkan RUU tersebut. Menurutnya, PPN PMSE akan menciptakan perlakuan yang setara antara pelaku usaha PMSE di dalam dan luar negeri.

"RUU ini akan menggarisbawahi perlunya layanan digital yang disediakan oleh penyedia layanan digital di luar negeri dikenakan PPN jika dikonsumsi di dalam wilayah negara kita," katanya, dikutip pada Jumat (9/2/2024).

Baca Juga:
Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Gatchalian mengatakan undang-undang yang berlaku saat ini hanya mengatur pengenaan PPN layanan digital yang disediakan oleh perusahaan di dalam negeri. Sedangkan melalui RUU, pemerintah akan dapat mulai pengenaan PPN PMSE dari penyedia layanan di luar negeri.

Dia pun berharap RUU ini mampu menghilangkan berbagai ambiguitas dalam ketentuan PPN PMSE. Alasannya, ambiguitas berpotensi membuat upaya pemungutan PPN PMSE tidak optimal.

RUU akan mewajibkan semua pelaku usaha PMSE untuk menghitung, memungut, dan menyetorkan PPN sebesar 12% kepada otoritas. Namun, RUU akan tetap mempertahankan fasilitas pembebasan PPN atas layanan pendidikan online, termasuk kursus, seminar, dan pelatihan online oleh lembaga pendidikan swasta atau pemerintah yang terakreditasi.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

"Dengan ketentuan ini, tujuan akhir kami jelas. Kami berkomitmen untuk membuka jalan bagi kesetaraan persaingan usaha di antara penyedia layanan digital," ujarnya gmanetwork.com.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan juga telah menyampaikan proyeksi PPN PMSE berpotensi menambah penerimaan negara senilai PHP83,3 miliar Rp23,29 triliun pada 2024 hingga 2028. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja