JAKARTA, DDTCNews – Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) meminta agar semua pihak melihat pelemahan nilai tukar rupiah sebagai fenomena yang alamiah.
Hal ini diungkapkan Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld saat merilis laporan World Economic Outlook (WEO) Oktober 2018 yang bertajuk ‘Challenges to Steady Growth’, bersamaan dengan gelaran Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018.
“Anda tahu, mudah untuk berbicara tentang kelemahan mata uang dari perspektif negara sendiri. Namun, jika Anda mengambil pandangan dunia yang lebih luas, mungkin Anda berbicara lebih alami tentang kekuatan dolar. Saya pikir, itulah yang kami lihat,” ungkapnya, seperti dikutip dari laman resmi IMF, Rabu (10/10/2018).
Menurutnya, sangat penting untuk menyadari adanya pengetatan kebijakan moneter yang bertahap di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa, serta pengetatan kondisi keuangan pada emerging market yang umum dihadapi sejumlah negara.
Meskipun telah terdepresiasi terhadap dolar AS hingga sekitar 10%, rupiah hanya terdepresiasi sekitar 4% dengan mata uang mitra dagang. Apalagi, beberapa indikator makroekonomi Indonesia masih cukup bagus, termasuk pertumbuhan ekonominya.
Di pasar perdagangan spot, menilik data Bloomberg pada hari ini pukul 10.00 WIB, nilai tukar rupiah berada di level Rp15.225,5 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah bertengger di Rp15.237,5 per dolar AS. (kaw)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.