KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah Bantah Beras Langka, Klaim Siap Didistribusikan ke Pasar

Redaksi DDTCNews | Jumat, 16 Februari 2024 | 09:30 WIB
Pemerintah Bantah Beras Langka, Klaim Siap Didistribusikan ke Pasar

Pekerja memanggul karung berisi beras Bulog di salah satu tempat penjualan beras di Pasar Bina Usaha Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Kamis (15/2/2024). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah membantah keluhan publik bahwa beras langka ditemukan di pasaran, terutama ritel modern. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan pasokan beras justru berlimpah dan siap didistribusikan ke pasar.

Hanya saja, mendag tidak membantah adanya kenaikan harga beras. Dengan distribusi yang terjaga, Zulkifli meyakini harga beras bisa kembali stabil dan terjangkau di seluruh Indonesia.

"Kami berkoordinasi dengan instansi terkait agar harga beras tetap terkendali," kata Mendag di sela mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), dikutip pada Jumat (16/2/2024).

Baca Juga:
BI Buka Ruang untuk Kembali Turunkan Suku Bunga

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasokan beras di pasar induk tercatat 2.978 ton. Jumlah ini masih dalam rentang kondisi normal, yakni 2.500 hingga 3.000 ton per hari. Pemerintah juga mencatat stok beras di PIBC sebanyak 33.376 ton. Jumlah ini melebihi stok saat kondisi normal, yakni 30.000 ton.

Sampai dengan 15 Februari 2024, total stok beras Bulog tercatat lebih dari 1 juta ton dan pemerintah siap menyalurkan beras program stabililasi pasokan dan harga pangan (SPHP) berapa pun kebutuhan pasar. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi dalam rapat internal pada 12 Februari 2024.

Terkait dengan penyaluran beras program SPHP, pada 2024 telah disalurkan sebanyak 237.380 ton. Sementara itu, pada 2023 penyaluran beras program SPHP mencapai 1,2 juta ton.

Baca Juga:
Inflasi Diekspektasikan Rendah, BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,75%

Sebelumnya, Presiden Jokowi memastikan stok beras dari Pasar Induk Beras Cipinang siap didistribusikan ke ritel, supermarket, dan pasar-pasar di daerah.

Beras Mahal karena Bansos?

Presiden Jokowi menyebut bahwa harga beras yang berada di atas harga normal saat ini disebabkan oleh belum masuknya hasil panen serta terganggunya jalur distribusi.

Baca Juga:
Sama Persis dengan Target di UU, APBN 2024 Defisit 2,29 Persen PDB

"Suplai itu karena memang panennya belum masuk, yang dari produksi dipanen belum masuk ke pasar. Distribusinya juga terganggu di urusan banjir di Demak, di Grobogan, itu mempengaruhi," ujarnya.

Kendala ini, imbuh Presiden, dapat diatasi dengan suplai pasokan beras dari Perum Bulog.

Selain itu, untuk mengendalikan harga beras, Presiden Jokowi juga telah menginstruksikan jajaran terkait untuk mendistribusikan suplai beras ke pasar dan ke daerah, baik beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) maupun beras komersial.

Baca Juga:
Selama 6 Bulan, 16 Juta Keluarga Bakal Terima Bantuan Pangan Beras

Presiden Jokowi juga menepis anggapan bahwa kenaikan harga beras dipicu pemberian bantuan pangan dari pemerintah. Menurut presiden, pemberian bantuan pangan kepada masyarakat justru merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mengendalikan harga beras dengan meningkatkan suplai di masyarakat.

“Tidak ada hubungannya sama sekali dengan bantuan pangan beras, tidak ada hubungannya sama sekali [kenaikan] harga. Karena justru ini yang bisa mengendalikan, karena suplainya lewat bantuan sosial ke masyarakat sehingga justru itu menahan harga tidak naik. Kalau enggak, justru melompat," kata Jokowi. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 28 Januari 2025 | 08:30 WIB KEBIJAKAN MONETER

BI Buka Ruang untuk Kembali Turunkan Suku Bunga

Rabu, 15 Januari 2025 | 16:25 WIB KEBIJAKAN MONETER

Inflasi Diekspektasikan Rendah, BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,75%

Senin, 06 Januari 2025 | 10:39 WIB KINERJA APBN 2024

Sama Persis dengan Target di UU, APBN 2024 Defisit 2,29 Persen PDB

Minggu, 05 Januari 2025 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Selama 6 Bulan, 16 Juta Keluarga Bakal Terima Bantuan Pangan Beras

BERITA PILIHAN
Rabu, 29 Januari 2025 | 12:30 WIB KAMUS BEA CUKAI

Apa Itu Auditee dalam Audit Kepabeanan dan Cukai?

Rabu, 29 Januari 2025 | 11:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Ingin Kenakan Bea Masuk 100 Persen atas Impor Semikonduktor

Rabu, 29 Januari 2025 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Kriteria Entitas Dana Pensiun yang Tak Tercakup Pajak Minimum Global

Rabu, 29 Januari 2025 | 10:00 WIB INPRES 1/2025

Jenis-Jenis Belanja yang Disasar Prabowo untuk Dilakukan Efisiensi

Rabu, 29 Januari 2025 | 09:30 WIB KURS PAJAK 29 JANUARI 2025 - 04 FEBRUARI 2025

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Lanjutkan Rally Pelemahan terhadap Dolar AS

Rabu, 29 Januari 2025 | 09:30 WIB KINERJA BUMN

Pertamina Hulu Rokan Setor Penerimaan Negara hingga Rp115 Triliun

Rabu, 29 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA CIMAHI

Cimahi Distribusikan SPPT PBB secara Elektronik Mulai Tahun Ini

Selasa, 28 Januari 2025 | 15:30 WIB TIPS PAJAK

Cara Buat dan Bayar Deposit Pajak di Coretax DJP