AMERIKA SERIKAT

Pangeran Harry Terancam Dapat Tagihan Pajak dari Pemerintah AS

Redaksi DDTCNews | Sabtu, 10 Oktober 2020 | 15:00 WIB
Pangeran Harry Terancam Dapat Tagihan Pajak dari Pemerintah AS

Pangeran Harry. (foto: express.co.uk)

WASHINGTON DC, DDTCNews – Pangeran Harry bakal mendapatkan tagihan pajak dari pemerintah federal dan negara bagian California apabila tetap tinggal di AS hingga akhir 2020.

David Holtz, pengacara pajak dari firman hukum Holtz, Slavett & Drabkin, mengatakan Harry sudah bermukim di AS sejak Mei 2020 dan tinggal beberapa minggu lagi untuk menjadi subjek pajak dalam negeri AS.

Menurutnya, pria yang juga disapa Duke of Sussex ini sudah tinggal di AS sekitar 157 hari dan sudah dekat dengan syarat menjadi subjek pajak dalam negeri (SPDN) AS untuk tinggal minimal selama 183 hari di Negeri Paman Sam.

Baca Juga:
Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Bea Masuk Minuman Beralkohol

"Anda dapat berasumsi bahwa seseorang di Internal Revenue Service (IRS) sedang memperhatikannya dengan cermat. Saya pikir ini situasi yang serius," katanya, dikutip Jumat (9/10/2020).

Holtz menuturkan ketentuan AS menyebutkan setiap orang asing yang menghabiskan 183 hari di wilayah AS dalam tiga tahun wajib membayar pajak federal dan negara bagian atas penghasilan yang didapat secara global.

Opsi yang bisa ditempuh Pangeran Harry agar tidak menjadi SPDN AS adalah meninggalkan AS sampai dengan 2023. Langkah ini juga dapat menghindari tagihan besar pajak federal dan negara bagian serta lepas dari kewajiban mengungkapkan sumber penghasilan kepada IRS.

Baca Juga:
Ramai Lapor ke Otoritas, WP di Negara Ini Muak dengan Tax Evasion

Adapun tagihan pajak besar sudah menanti jika tetap bermukim di AS lebih dari 183 hari karena Duke dan Duchess of Sussex baru saja mengantongi kontrak eksklusif dengan Netflix yang bernilai £115 juta. Belum lagi pajak yang menanti atas seluruh penghasilan keluarga Kerajaan Inggris tersebut.

Jika menjadi wajib pajak AS, Pangeran Harry wajib membuka seluruh data keuangan kepada IRS seperti dana perwalian setelah Lady Diana meninggal, rekening tabungan dan aset lain yang dimiliki dia miliki di Inggris. Secara tidak langsung, IRS memiliki akses data keuangan keluarga kerajaan.

"Jika itu terjadi maka data keuangan kerajaan menjadi terbuka untuk dilakukan pemeriksaan. Petugas pajak AS pasti jauh lebih bersemangat untuk hal ini daripada rekannya di Inggris," tutur Holtz.

Baca Juga:
Pengusaha Vietnam Kembali Minta Cukai Minuman Manis Ditunda

Meski begitu, Holtz menyebutkan masih terdapat satu celah untuk terhindar dari risiko berurusan dengan IRS dan tetap tinggal di AS apabila Pangeran Harry masuk dengan visa diplomatik.

Melalui skema tersebut maka Pangeran Harry dibebaskan dari membayar pajak. Namun opsi ini memiliki risiko karena pemerintah AS menetapkan visa diplomatik hanya untuk individu dengan kemampuan luar biasa.

"Jika tidak memenuhi kriteria itu maka dia akan dikenakan pajak yang sama seperti setiap orang di AS," imbuh Holtz seperti dilansir thesun.co.uk. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

10 Oktober 2020 | 21:09 WIB

Pangeran Harry yang merupakan anggota kerajaan Inggris, jika dikenakan SPDN padanya, maka tentu saja akan ada pemeriksaan data keuangan kerajaan. Data keuangan kerajaan akan transparan dan terbuka. Hal ini menarik minat dan perhatian publik. Tapi mau bagaimanapun, hukum harus ditegakan dan dipatuhi. Hal menarik yang menyebabkan Pangeran Harry menjadi sorotan ketika mendekati syarat menjadi SPDN AS adalah karena latar belakangnya. Padahal, hal seperti ini sudah biasa terjadi.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Minggu, 20 Oktober 2024 | 14:00 WIB HONG KONG

Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Bea Masuk Minuman Beralkohol

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja