Ilustrasi.
KUALA LUMPUR, DDTCNews—Pemerintah Malaysia menyambut baik keputusan India untuk mencabut bea masuk sebesar 5% atas minyak kelapa sawit olahan, sehingga tarif bea masuk minyak kelapa sawit olahan dari Malaysia ke India kini sama dengan bea masuk untuk Indonesia, 45%.
Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Datuk Mohd Khairuddin Aman Razali mengatakan tarif bea masuk minyak kelapa sawit olahan ke India ditetapkan 50% dari semula 45% oleh Pemerintah India 4 September 2019 dan berlaku selama 6 bulan.
“Pemerintah memandang positif langkah India yang menunjukkan keterbukaan India untuk membangun kembali hubungan erat yang telah lama terjalin antara kedua negara dalam hal perdagangan dan budaya,” ujarnya di Kuala Lumpur, Rabu (25/3/2020).
Namun, Mohd Khairuddin menjelaskan Pemerintah Malaysia mengakui kedua negara perlu membahas lebih lanjut tentang beberapa masalah, termasuk pembatasan ekspor minyak sawit ke India dan ketidakseimbangan perdagangan yang menguntungkan Malaysia.
Khairuddin menambahkan setelah berakhirnya pandemi Covid-19, dirinya akan memimpin delegasi Malaysia ke negara terpadat kedua di dunia itu untuk membahas arah perdagangan strategis, terutama di sektor komoditas, untuk kepentingan kedua negara.
“Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin juga siap untuk bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk membahas perdagangan bilateral dan untuk memperkuat hubungan antara kedua negara,” katanya seperti dilansir malaymail.com.
India telah menjadi pembeli terbesar minyak kelapa sawit Malaysia selama 5 tahun terakhir. Namun, pada Januari, ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak kelapa sawit olahan Malaysia ke India terpangkas 54%.
Pasalnya, para importir India membatasi pembelian kelapa sawit olahan Malaysia, karena Pemerintah India secara informal meminta para pedagang menghindari kelapa sawit Malaysia, sebagai balasan atas kritik PM Malaysia Mahathir Mohammad atas kebijakan India terhadap minoritas muslim.
Namun, Mahathir bergeming dengan kritiknya. Akhir bulan lalu, Mahathir kehilangan kekuasaannya sebagai PM, dan digantikan Muhyiddin Yassin. Situasi ini kemudian membalikkan hubungan Malaysia dan India yang sempat memanas. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.