KEBIJAKAN PEMERINTAH

Konflik Iran-Israel, Pemerintah Antisipasi Kenaikan Harga Komoditas

Dian Kurniati | Selasa, 16 April 2024 | 09:10 WIB
Konflik Iran-Israel, Pemerintah Antisipasi Kenaikan Harga Komoditas

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (foto: ekon.go.id)

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah tengah mewaspadai situasi ketidakpastian geopolitik yang meningkat seiring dengan adanya ketegangan antara Iran dan Israel.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan mengambil langkah antisipatif untuk merespons situasi tersebut. Menurutnya, perang Iran-Israel berpotensi meningkatkan berbagai harga komoditas.

"Langkah antisipatif akan disiapkan untuk menjaga kepercayaan pasar atas potensi kenaikan harga komoditas, terutama minyak, akibat terganggunya pasokan, serta kenaikan harga emas sebagai aset safe haven dan rambatan ke sektor lainnya," katanya, dikutip pada Selasa (16/4/2024).

Baca Juga:
Catat! Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan SKP Tak Berubah

Airlangga menuturkan konflik di Timur Tengah makin memanas seiring dengan serangan ratusan drone Iran ke Israel pada pekan lalu, sebagai bentuk balasan atas serangan Israel yang menghancurkan gedung Konsulat Iran di Damaskus.

Selain memicu ketegangan regional hingga ke tingkat global, eskalasi konflik kedua negara tersebut juga akan berdampak kepada ekonomi global serta akan meningkatkan risiko makroekonomi bagi perekonomian Indonesia.

Dia pun bakal menyelenggarakan rapat terbatas dengan seluruh unsur kedeputian pada Kemenko Perekonomian dan dengan sejumlah duta besar untuk membahas situasi tersebut.

Baca Juga:
Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Beberapa aspek yang dibahas antara lain terkait dengan respons dampak konflik di tingkat regional dan global, kinerja sektor perbankan dan pasar modal, pengendalian inflasi, serta rencana koordinasi bauran kebijakan fiskal dan moneter dengan otoritas terkait untuk strategi pengendalian nilai tukar dan pengelolaan defisit anggaran ke depan.

Airlangga menilai konflik Iran-Israel akan menimbulkan gangguan pada rantai pasokan melalui Terusan Suez yang akan berdampak langsung setidaknya pada kenaikan biaya kargo. Produk yang terganggu antara lain gandum, minyak, dan komponen alat-alat produksi dari Eropa.

Dia juga meyakini perekonomian Indonesia secara fundamental relatif masih cukup kuat karena pertumbuhan ekonomi masih terjaga di atas 5% dengan inflasi yang terkendali.

Baca Juga:
Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Hingga Februari 2024, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus, dan menopang cadangan devisa yang pada Maret 2024 tercatat masih kuat.

"Pastinya pemerintah tidak tinggal diam. Kita akan siapkan sejumlah kebijakan strategis untuk memastikan agar perekonomian nasional tidak terdampak lebih jauh," ujarnya.

Airlangga berharap pelaku pasar tetap tenang dan tidak mengambil langkah spekulatif. Pemerintah juga terus mencermati perkembangan global dan regional yang ada serta akan mengambil langkah-langkah yang kuat dan fokus dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

Baca Juga:
Tahap Pra-Implementasi Aplikasi Coretax, DJP Imbau WP Soal Ini

Peningkatan konflik geopolitik Iran dan Israel pada akhir pekan lalu telah memberi dampak terhadap kondisi perekonomian global. Pada saat ini, harga minyak mentah global masih berfluktuasi.

Pada perdagangan Senin (15/4/2024), harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18% (dtd) ke level US$90,29 per barel, jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 senilai US$77,4 USD per barel.

Sementara itu, minyak mentah jenis WTI turun 0,28% ke level US$85,42 per barel, lebih tinggi dibandingkan posisi 1 Januari 2024 senilai US$71,65 USD per barel.

Baca Juga:
Keputusan yang Dikirim via Coretax Dianggap Sudah Diterima Wajib Pajak

Eskalasi konflik geopolitik juga telah membuat indeks dolar AS meningkat, yang menyebabkan melemahnya indikator finansial sejumlah negara terutama emerging market.

Mayoritas nilai tukar di kawasan Asia Pasifik bergerak melemah terhadap dolar AS pada kemarin, seperti baht Thailand dan won Korea terdepresiasi sebesar 0,24% (dtd), dan ringgit Malaysia sebesar 0,24% (dtd). (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra