UU HKPD

Ketentuan UU HKPD Berlaku, Pajak Tiket Bioskop Maksimal 10 Persen

Muhamad Wildan | Jumat, 05 Januari 2024 | 13:30 WIB
Ketentuan UU HKPD Berlaku, Pajak Tiket Bioskop Maksimal 10 Persen

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Seiring dengan berlakunya ketentuan pajak daerah dalam UU Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD), tiket bioskop kini hanya dapat dikenai pajak barang dan jasa tertentu (PBJT) dengan tarif maksimal 10%.

Merujuk pada Pasal 58 ayat (1) UU HKPD, tarif PBJT maksimal sebesar 10% berlaku atas jasa hiburan berupa tontonan film atau bentuk tontonan audio visual lainnya yang dipertontonkan secara langsung di suatu lokasi tertentu. Hanya hiburan malam yang dikenai PBJT di atas 10%.

"Khusus tarif PBJT atas jasa hiburan pada diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap/spa ditetapkan paling rendah 40% dan paling tinggi 75%," bunyi Pasal 58 ayat (2) UU HKPD, dikutip pada Jumat (5/1/2024).

Baca Juga:
Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Sebelum berlakunya UU HKPD, tontonan film adalah objek pajak hiburan berdasarkan UU 28/2009. Undang-undang tersebut memberikan ruang kepada pemkab/pemkot untuk mengenakan pajak hiburan maksimal sebesar 35% terhadap bioskop.

Akibatnya, banyak pemkab/pemkot yang mengenakan pajak hiburan lebih dari 10% terhadap bioskop. Menurut Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), rata-rata tarif pajak hiburan untuk bioskop saat UU 28/2009 masih berlaku sekitar 10% - 25%.

Dengan berlakunya ketentuan pajak daerah dalam UU HKPD mulai 5 Januari 2024, pemkab/pemkot tidak lagi dapat mengenakan pajak di atas 10% terhadap bioskop. Perda pajak yang selama ini berlaku pun harus disesuaikan dengan ketentuan pajak dalam UU HKPD.

Baca Juga:
Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Sebagai informasi, PBJT adalah pajak yang dikenakan atas penjualan barang dan jasa tertentu antara lain makanan/minuman, listrik, jasa hotel, jasa parkir, dan jasa kesenian dan hiburan. PBJT ini juga penggabungan dari 5 jenis pajak daerah, yaitu pajak restoran, hotel, parkir, hiburan, dan penerangan jalan.

Besaran pokok PBJT terutang dihitung dengan mengalikan dasar pengenaan PBJT dengan tarif. PBJT terutang saat terjadinya pembayaran, penyerahan, atau konsumsi barang dan jasa. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:00 WIB LAYANAN PAJAK

Kantor Pajak Telepon 141.370 WP Sepanjang 2023, Kamu Termasuk?

Rabu, 25 Desember 2024 | 08:30 WIB KPP PRATAMA BADUNG SELATAN

Kantor Pajak Minta WP Tenang Kalau Didatangi Petugas, Ini Alasannya