PENERIMAAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Beri Tambahan Penerimaan Sampai Rp53,57 Triliun

Muhamad Wildan | Minggu, 25 Desember 2022 | 10:30 WIB
Kenaikan Tarif PPN Beri Tambahan Penerimaan Sampai Rp53,57 Triliun

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews – Kementerian Keuangan mencatat kenaikan tarif PPN dari 10% menjadi 11% sejak April 2022 sudah memberikan tambahan penerimaan sejumlah Rp53,57 triliun sampai dengan 14 Desember 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut realisasi penerimaan PPN dan PPnBM hingga 14 Desember 2022 mencapai Rp629,8 triliun. Dengan demikian, kenaikan tarif telah berkontribusi sebesar 8,5% terhadap kinerja PPN dan PPnBM pada tahun ini.

"Kenaikan tarif PPN memberikan kontribusi kenaikan per bulannya lebih dari Rp5 triliun, mulai Mei Rp5,74 triliun kemudian di atas Rp7 triliun," katanya, dikutip pada Minggu (25/12/2022).

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Pada November 2022, kenaikan tarif PPN tercatat memberikan tambahan penerimaan senilai Rp7,57 triliun. Adapun tambahan penerimaan dari kenaikan tarif PPN per 1 Desember hingga 14 Desember 2022 hanya senilai Rp2,57 triliun.

Tambahan penerimaan dari kenaikan tarif PPN pada Desember 2022 masih berpotensi meningkat mengingat PPN pada suatu masa pajak paling lambat disetorkan pada akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

"Sampai dengan 14 Desember ada Rp2,57 triliun, selanjutnya kita akan hitung," ujar Sri Mulyani.

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Sebagai informasi , tarif PPN resmi naik dari 10% menjadi 11% sejak April 2022 sesuai dengan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Setelah naik pada April 2022, tarif PPN masih akan naik menjadi 12% paling lambat pada 1 Januari 2025.

Pemerintah sebelumnya menegaskan bahwa kenaikan tarif PPN diperlukan untuk memperkuat fondasi perpajakan Indonesia.

"Indonesia perlu membangun suatu fondasi perpajakan yang kuat. Dua kontributor terbesar dari pajak kita adalah PPN dan PPh korporasi. Itu lah yang nanti akan menjadi tulang punggung yang paling kuat," tutur Sri Mulyani.

Tarif PPN sebesar 11% masih lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata tarif di negara-negara anggota G-20 dan OECD yang mencapai 15% hingga 15,5%. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN