KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

Kenaikan NJOP Belum Tentu Naikkan Tagihan PBB, Begini Ketentuannya

Muhamad Wildan | Rabu, 08 Februari 2023 | 13:00 WIB
Kenaikan NJOP Belum Tentu Naikkan Tagihan PBB, Begini Ketentuannya

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Dengan diundangkannya UU 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (HKPD), kenaikan nilai jual objek pajak (NJOP) tidak serta merta diikuti dengan kenaikan PBB terutang.

Berdasarkan Pasal 40 UU HKPD, NJOP yang digunakan pemerintah daerah (pemda) untuk menghitung PBB adalah sebesar 20% hingga 100% dari NJOP yang tidak dikurangi NJOP tidak kena pajak (NJOPTKP) senilai Rp10 juta.

"NJOP yang digunakan untuk perhitungan PBB-P2 ditetapkan paling rendah 20% dan paling tinggi 100% dari NJOP setelah dikurangi NJOP tidak kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3)," bunyi Pasal 40 ayat (5) UU HKPD, dikutip pada Rabu (8/2/2023).

Baca Juga:
Bertambah! Aspek Penelitian Restitusi Dipercepat WP Kriteria Tertentu

Dalam ketentuan yang lama, yaitu UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), besaran PBB dihitung dengan cara mengalikan tarif PBB dengan NJOP yang telah dikurangi NJOPTKP senilai Rp10 juta.

Mengingat ketentuan lama tidak memberikan fleksibilitas kepada pemda dalam menentukan NJOP yang digunakan untuk menghitung PBB terutang, kenaikan NJOP bakal selalu diikuti oleh kenaikan PBB.

Melalui UU HKPD, pemda diberikan keleluasaan untuk menentukan PBB terutang atas setiap objek pajak. Dengan keleluasaan tersebut, kenaikan NJOP yang sejalan dengan harga pasar tak serta merta menimbulkan kenaikan beban PBB bagi masyarakat.

Baca Juga:
Ajukan NPWP Non-Efektif, WP Perlu Cabut Status PKP Dahulu

Agar ketentuan PBB dalam UU HKPD dapat diterapkan, pemda dan DPRD harus terlebih dahulu melakukan penyesuaian peraturan daerah (perda). Pemda diberi waktu hingga 5 Januari 2024 untuk menyesuaikan perdanya sesuai dengan UU HKPD.

Apabila jangka waktu tersebut tidak dipenuhi, pemungutan pajak dan retribusi di daerah tersebut harus dilaksanakan berdasarkan UU HKPD.

Merujuk pada Pasal 94 UU HKPD, seluruh jenis pajak dan retribusi harus ditetapkan dalam 1 perda. Artinya, setiap pemda diwajibkan untuk hanya memiliki 1 perda yang mengatur seluruh jenis pajak dan retribusi daerah termasuk PBB. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30 WIB PMK 119/2024

Bertambah! Aspek Penelitian Restitusi Dipercepat WP Kriteria Tertentu

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Ajukan NPWP Non-Efektif, WP Perlu Cabut Status PKP Dahulu

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:30 WIB KEPALA BPPK ANDIN HADIYANTO

‘Tak Hanya Unggul Teknis, SDM Kemenkeu Juga Perlu Berintegritas’

BERITA PILIHAN
Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30 WIB PMK 119/2024

Bertambah! Aspek Penelitian Restitusi Dipercepat WP Kriteria Tertentu

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Ajukan NPWP Non-Efektif, WP Perlu Cabut Status PKP Dahulu

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:30 WIB KEPALA BPPK ANDIN HADIYANTO

‘Tak Hanya Unggul Teknis, SDM Kemenkeu Juga Perlu Berintegritas’

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

DJP Terbitkan Buku Manual Coretax terkait Modul Pembayaran

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:15 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Lima Hal yang Membuat Suket PP 55 Dicabut Kantor Pajak

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:00 WIB KOTA BANTUL

Banyak Penambang Tak Terdaftar, Setoran Pajak MBLB Hanya Rp20,9 Juta

Minggu, 02 Februari 2025 | 12:00 WIB CORETAX DJP

PIC Kini Bisa Delegasikan Role Akses Pemindahbukuan di Coretax DJP

Minggu, 02 Februari 2025 | 11:30 WIB KOTA MEDAN

Wah! Medan Bisa Kumpulkan Rp784,16 Miliar dari Opsen Pajak

Minggu, 02 Februari 2025 | 10:30 WIB PMK 116/2024

Organisasi dan Tata Kerja Setkomwasjak, Unduh Peraturannya di Sini