APBN

Kemenkeu Pangkas Jumlah Aplikasi hingga Separuh, Prosesnya Diperketat

Dian Kurniati | Rabu, 12 Juni 2024 | 10:30 WIB
Kemenkeu Pangkas Jumlah Aplikasi hingga Separuh, Prosesnya Diperketat

Ilustrasi. Gedung Kementerian Keuangan.

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan tengah menyederhanakan penggunaan aplikasi pelayanan yang dikembangkan di setiap unit eselon I.

Sekjen Kemenkeu Heru Pambudi mengatakan kementeriannya telah menghapus sejumlah aplikasi yang tidak diperlukan. Hasilnya, Kemenkeu kini hanya memiliki sebanyak 328 aplikasi dari semula 806 aplikasi.

"Nah, 328 ini sudah kami assess memanglah aplikasi yang dibutuhkan," katanya dalam rapat bersama Komisi XI DPR, dikutip pada Rabu (12/6/2024).

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Heru menuturkan Kemenkeu turut melaksanakan perintah Presiden Joko Widodo untuk menghapus aplikasi yang tidak penting guna mendorong keterpaduan layanan digital. Di sisi lain, Kemenkeu juga memperketat pengembangan aplikasi baru di setiap unit eselon I.

Dia menjelaskan proses pengembangan aplikasi baru kini harus melewati verifikasi dan persetujuan dari pejabat eselon I. Tanpa persetujuan pejabat, usulan pengembangan aplikasi baru tidak akan terealisasi.

"Tentunya kami tidak menghilangkan aplikasi seperti aplikasi pajak, pabean, perbendaharaan, segala macam. Itu adalah aplikasi yang kita assess memang ini dibutuhkan," ujarnya.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Jumlah aplikasi yang banyak di Kemenkeu juga mendapatkan sorotan dari Anggota Komisi XI DPR Ela Siti Nuryamah. Dia menilai Kemenkeu merupakan salah satu kementerian yang memiliki banyak aplikasi.

Menurutnya, pengembangan banyak aplikasi justru tidak efisien dan menghabiskan anggaran besar. Dia pun meminta Kemenkeu mengevaluasi aplikasi existing serta menahan pengembangan aplikasi baru.

"Bukan berarti kita tidak menyetujui proses anggaran, tetapi ini adalah soal kalau kata pimpinan efektif dan tepat sasarannya. Sistem informasi ini tolong menjadi perhatian," katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyebut saat ini ada 27.000 aplikasi milik pemerintah. Dia pun memerintahkan kementerian/lembaga mengintegrasikan berbagai aplikasi layanan agar tidak tumpang tindih. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja