KMK 52/2022

Investasi di Industri CPO, Peserta PPS Bisa Dapat PPh Final 6 Persen

Redaksi DDTCNews | Minggu, 06 Maret 2022 | 06:00 WIB
Investasi di Industri CPO, Peserta PPS Bisa Dapat PPh Final 6 Persen

Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit di kebun milik salah satu perusahaan kelapa sawit di Kecamatan Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Kamis (11/11/2021). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/tom.

JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah telah menentukan instrumen investasi atas syarat salah satu skema dalam program pengungkapan sukarela (PPS). Salah satunya adalah berinvestasi di industri minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) 52/KMK.010/2022 tentang Kegiatan Usaha Sektor Pengolahan SDA dan Sektor Energi Terbarukan Sebagai Tujuan Investasi Harta Bersih Dalam Rangka Pelaksanaan PPS Wajib Pajak.

“Termasuk dalam cakupan kegiatan usaha sektor pengolahan SDA dan sektor energi terbarukan … yaitu sektor pendukung tertentu dari sektor pengolahan SDA dan sektor energi terbarukan tersebut," bunyi diktum kedua KMK 52/2022, Minggu (6/3/2022).

Baca Juga:
Catat! Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan SKP Tak Berubah

Pemerintah melalui KMK 52/2022 juga mengatur klasifikasi baku lapangan usaha (KBLI) lainnya di sektor usaha yang masih erat hubungannya dengan minyak kelapa sawit.

Dalam lampiran KMK 52/2022 disebutkan antara lain minyak mentah kelapa, minyak goreng kelapa, minyak mentah inti kelapa sawit, dan pemisahan/fraksinasi minyak mentah kelapa sawit dan minyak mentah inti kelapa sawit.

Kemudian, kegiatan usaha di bidang industri pemurnian minyak mentah kelapa sawit dan minyak mentah inti kelapa sawit, pemisahan/fraksinasi minyak murni kelapa sawit, pemisahan/fraknasi minyak murni inti kelapa sawit, dan minyak goreng kelapa sawit.

Baca Juga:
Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Secara total, KBLI yang termasuk dalam kegiatan usaha sektor pengulahan SDA dan sektor energi terbarukan sebagaimana diatur dalam KMK 52/2022 mencapai 332 kegiatan usaha. Keputusan itu berlaku per 24 Februari 2022.

Untuk diketahui, peserta kebijakan I PPS yang ingin mendapatkan tarif pajak penghasilan (PPh) final sebesar 6% maka dapat menginvestasikannya di 332 sektor usaha tersebut atau melalui surat berharga negara (SBN) khusus.

Untuk peserta kebijakan II PPS, apabila menginvestasikan harta bersihnya sebagaimana ketentuan di KMK 52/2022 maka tarif PPh final yang didapat 12%.

PPS berlangsung hingga 30 Juni 2022. Bagi wajib pajak yang berkomitmen untuk menginvestasikan hartanya, PMK 196/2021 menetapkan investasi harus dilakukan paling lambat pada 30 September 2023 dengan holding period selama 5 tahun. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra