KOREA SELATAN

Insentif Mobil Listrik Dinilai Diskriminatif, Korea akan Temui AS

Muhamad Wildan | Rabu, 14 September 2022 | 10:00 WIB
Insentif Mobil Listrik Dinilai Diskriminatif, Korea akan Temui AS

Ilustrasi. Revel, penyewaan berbasis aplikasi, kendaraan listrik Tesla terlihat berkendara di New York City, Amerika Serikat, Senin (8/11/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/WSJ/cfo

SEOUL, DDTCNews - Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) akan menggelar pertemuan khusus guna membahas insentif kredit pajak atas pembelian mobil listrik di AS berdasarkan aturan Inflation Reduction Act.

Harapannya, kebijakan yang dihasilkan dari pertemuan tersebut dapat meminimalisasi dampak negatif dari insentif pajak terhadap mobil listrik yang diproduksi oleh pabrikan Korea Selatan.

"Kedua negara akan menggelar pertemuan pada pekan ini. Memang tidak mudah untuk mendorong revisi undang-undang di AS menjelang pemilu paruh waktu pada November. Namun, kami tetap terbuka atas segala kemungkinan yang ada," ujar Menteri Perdagangan Korea Selatan Ahn Duk Geun, dikutip Rabu (14/9/2022).

Baca Juga:
Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Ahn mengatakan pihaknya akan menemui US Trade Representative Katherine Tai pada pekan ini dan juga pekan depan di sela-sela gelaran pertemuan para menteri perdagangan negara G-20.

Pada pekan depan, Ahn juga akan menemui perwakilan-perwakilan dari negara anggota Uni Eropa. Pasalnya, negara-negara Uni Eropa juga memiliki kekhawatiran yang sama atas insentif kredit pajak tersebut.

Untuk diketahui, AS melalui Inflation Reduction Act memberikan insentif berupa kredit pajak senilai US$2.500 hingga US$7.500 kepada para pembeli mobil listrik. Namun, insentif hanya diberikan bila baterai mobil listrik diproduksi di AS, Meksiko, atau Kanada.

Baca Juga:
Otoritas Ini Usulkan Perubahan Aturan Pencegahan WP ke Luar Negeri

Komisi Eropa sebelumnya menyatakan insentif ini bersifat diskriminatif dan berpotensi menciptakan sengketa dagang antara AS dan Eropa.

"Insentif kredit pajak itu mendiskriminasi produsen asing dan akan menjadi hambatan perdagangan baru. Tentu saja insentif tersebut tidak sejalan dengan ketentuan WTO," ujar Juru Bicara Komisi Eropa Miriam Garcia pada bulan lalu.

Namun, pihak AS berpandangan insentif ini diperlukan untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan bahan baku dari China. "Insentif ini bertujuan untuk mendorong produksi mobil listrik dalam negeri, mendukung penciptaan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku dari China," ujar Juru Bicara USTR Adam Hodge. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Kamis, 26 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kredit Investasi Padat Karya Diluncurkan, Plafonnya Capai Rp10 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:30 WIB PENGAWASAN BEA CUKAI

Libur Natal dan Tahun Baru, Bea Cukai Perketat Pengawasan di Perairan

Kamis, 26 Desember 2024 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Fitur Coretax yang Tersedia selama Praimplementasi Terbatas, Apa Saja?

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:45 WIB BERITA PAJAK HARI INI

PPN 12 Persen, Pemerintah Ingin Rakyat Lebih Luas Ikut Bayar Pajak

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:30 WIB KOTA BATAM

Ada Pemutihan, Pemkot Berhasil Cairkan Piutang Pajak Rp30 Miliar

Kamis, 26 Desember 2024 | 08:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Bagaimana Cara Peroleh Diskon 50 Persen Listrik Januari-Februari 2025?

Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201