PMK 196/2021

Ikut PPS, Pengalihan Harta ke Indonesia Paling Telat 30 September 2022

Dian Kurniati | Senin, 27 Desember 2021 | 15:30 WIB
Ikut PPS, Pengalihan Harta ke Indonesia Paling Telat 30 September 2022

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Peserta program pengungkapan sukarela (PPS) yang menyatakan untuk mengalihkan harta bersih ke dalam wilayah NKRI perlu merealisasikan komitmennya paling lambat 30 September 2022. Hal ini diatur oleh PMK 196/2021 yang diteken Menteri Keuangan Sri Mulyani belum lama ini.

Pasal 15 beleid itu menyebut pengalihan harta bersih ke dalam wilayah NKRI dilakukan melalui bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan. Selain itu, pasal yang sama juga mengatur harta yang sudah masuk ke Indonesia tidak bisa dibawa ke luar negeri selama 5 tahun.

"Wajib pajak yang mengungkapkan harta bersih yang berada di wilayah NKRI dan/atau mengalihkan harta bersih ke dalam wilayah NKRI tidak dapat mengalihkan harta bersih tersebut ke luar wilayah NKRI paling singkat selama 5 tahun terhitung sejak diterbitkannya surat keterangan," bunyi Pasal 15 ayat (3) PMK 196/2021, dikutip Senin (27/12/2021).

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

PMK 196/2021 menjelaskan wajib pajak yang berkomitmen memulangkan harta bersih ke Indonesia dapat menginvestasikan hartanya pada kegiatan usaha sektor pengolahan sumber daya alam (SDA) atau sektor energi terbarukan di dalam wilayah Indonesia; dan/atau Surat Berharga Negara (SBN) paling lambat tanggal 30 September 2023.

Investasi harta bersih tersebut wajib dilakukan paling singkat 5 tahun sejak diinvestasikan. Meski demikian, wajib pajak dapat melakukan perpindahan investasi, yakni antarinvestasi pada kegiatan usaha sektor pengolahan SDA/energi terbarukan, atau antarinvestasi pada kegiatan usaha sektor pengolahan SDA/energi terbarukan dan SBN sebelum berakhirnya jangka waktu investasi 5 tahun.

Dalam hal investasi harta bersih dilakukan secara bertahap, perhitungan jangka waktu investasi paling singkat 5 tahun dihitung sejak nominal dana yang tercantum dalam surat keterangan telah diinvestasikan seluruhnya paling lambat 30 September 2023.

Baca Juga:
Kemenkeu Era Prabowo Tak Lagi Masuk di Bawah Koordinasi Menko Ekonomi

Sementara jika sampai dengan 30 September 2023 wajib pajak tidak menginvestasikan harta bersih sesuai dengan nominal dana yang tercantum dalam surat keterangan, perhitungan jangka waktu investasi paling singkat 5 tahun untuk bagian harta bersih yang diinvestasikan dihitung sejak tanggal 30 September 2023.

PMK 196/2021 kemudian memerinci ketentuan perpindahan investasi pada harta bersih yang diikutsertakan dalam PPS. Perpindahakan itu dapat dilakukan setelah jangka waktu 2 tahun sejak nominal dana yang tercantum dalam surat keterangan telah diinvestasikan seluruhnya; atau sejak 30 September 2023 jika sampai dengan 30 September 2023 harta bersih hanya sebagian yang diinvestasikan.

"[Wajib pajak] dibatasi hanya 2 kali perpindahan selama jangka waktu investasi dengan maksimal 1 kali perpindahan dalam 1 tahun kalender," bunyi Pasal 15 ayat (9) huruf b.

Perhitungan jangka waktu 5 tahun investasi tersebut tertangguh apabila terdapat jeda waktu antara pencairan investasi sebelumnya dan penempatan investasi berikutnya.

Adapun jika terdapat jeda waktu antara pencairan investasi sebelumnya dan penempatan investasi berikutnya, jeda waktu tersebut paling lama 2 tahun dan wajib pajak wajib menyelesaikan kewajiban pemenuhan investasi paling lama 7 tahun sejak nominal dana yang tercantum dalam surat keterangan telah diinvestasikan. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:45 WIB PERPRES 139/2024

Kemenkeu Era Prabowo Tak Lagi Masuk di Bawah Koordinasi Menko Ekonomi

Selasa, 22 Oktober 2024 | 09:30 WIB KABINET MERAH PUTIH

Kembali Dilantik Jadi Menkeu, Begini Pesan Sri Mulyani kepada Jajaran

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:15 WIB KABINET MERAH PUTIH

Anggito: Belum Ada Pembagian Tugas yang Formal Antar Wamenkeu

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja