KINERJA MANUFAKTUR

IHS Markit: Perbaikan Kinerja Sektor Manufaktur Berlanjut

Muhamad Wildan | Senin, 04 Januari 2021 | 15:33 WIB
IHS Markit: Perbaikan Kinerja Sektor Manufaktur Berlanjut

Ilustrasi. Pekerja melakukan uji coba pada mesin pengolah makanan otomatis buatannya sebelum di ekspor ke Australia, Myanmar dan Malaysia di sebuah industri manufaktur sub sektor mesin di Purwantoro, Malang, Jawa Timur, Selasa (23/6/2020). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp)

JAKARTA, DDTCNews – IHS Markit mencatat Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2020 mampu mencapai angka 51,3 lebih baik dari November yang berada pada zona optimis 50,6.

Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker mengatakan tren perbaikan sektor manufaktur pada penghujung 2020 masih terus berlanjut didukung oleh pertumbuhan pemesanan baru dan output yang meningkat secara signifikan.

"Data PMK terbaru menunjukkan kenaikan 2 bulan berturut-turut pada output dan pesanan baru. Jalan masih panjang mengingat gangguan yang disebabkan pandemi, tetapi produsen setidaknya yakin dengan prospek 2021," katanya dalam keterangan resminya, Senin (4/1/2021).

Baca Juga:
DJP Terbitkan Buku Manual Coretax terkait Modul Pembayaran

Pelaku sektor manufaktur yang disurvei oleh IHS Markit menyatakan permintaan domestik baru mengalami peningkatan dalam dua bulan terakhir. Meski demikian, ekspor tercatat masih mengalami kontraksi.

Meski terdapat pertumbuhan dari sisi permintaan dan output, IHS Markit mencatat sektor manufaktur masih belum sepenuhnya menggunakan kapasitas produksinya. Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh sektor manufaktur juga masih menurun.

"Tingkat kapasitas di sektor manufaktur begitu rendah sehingga terjadi penurunan ketenagakerjaan lebih lanjut. Lalu, gangguan rantai pasok yang meluas menghambat upaya untuk mengamankan bahan baku. Perusahaan berharap aspek ini akan membaik awal 2021," tulis Harker.

Baca Juga:
PIC Kini Bisa Delegasikan Role Akses Pemindahbukuan di Coretax DJP

Selain itu, kesulitan sektor manufaktur dalam memperoleh bahan baku menyebabkan harga barang input meningkat tajam. Berdasarkan catatan IHS Markit, inflasi biaya input pada Desember yang tertinggi sejak November 2018.

Akibatnya, harga output meningkat tajam karena perusahaan memilih untuk membebankan kenaikan biaya input kepada konsumen. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 02 Februari 2025 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

DJP Terbitkan Buku Manual Coretax terkait Modul Pembayaran

Minggu, 02 Februari 2025 | 12:00 WIB CORETAX DJP

PIC Kini Bisa Delegasikan Role Akses Pemindahbukuan di Coretax DJP

Minggu, 02 Februari 2025 | 10:30 WIB PMK 116/2024

Organisasi dan Tata Kerja Setkomwasjak, Unduh Peraturannya di Sini

BERITA PILIHAN
Minggu, 02 Februari 2025 | 13:30 WIB CORETAX SYSTEM

DJP Terbitkan Buku Manual Coretax terkait Modul Pembayaran

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:15 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Lima Hal yang Membuat Suket PP 55 Dicabut Kantor Pajak

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:00 WIB KOTA BANTUL

Banyak Penambang Tak Terdaftar, Setoran Pajak MBLB Hanya Rp20,9 Juta

Minggu, 02 Februari 2025 | 12:00 WIB CORETAX DJP

PIC Kini Bisa Delegasikan Role Akses Pemindahbukuan di Coretax DJP

Minggu, 02 Februari 2025 | 11:30 WIB KOTA MEDAN

Wah! Medan Bisa Kumpulkan Rp784,16 Miliar dari Opsen Pajak

Minggu, 02 Februari 2025 | 10:30 WIB PMK 116/2024

Organisasi dan Tata Kerja Setkomwasjak, Unduh Peraturannya di Sini

Minggu, 02 Februari 2025 | 10:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

NPWP OP Baru Terdaftar di 2025, Lapor SPT-nya Nanti 2026 Pakai Coretax

Minggu, 02 Februari 2025 | 09:35 WIB KOTA BATAM

Begini Strategi Pemkot Optimalkan Pajak Reklame pada Tahun Ini

Minggu, 02 Februari 2025 | 09:00 WIB CORETAX SYSTEM

Siapa Saja Sih, yang Bisa Ditunjuk Jadi PIC di Coretax? Ini Jawabnya