KEBIJAKAN ENERGI

ICP Mei Turun, Imbas Meredanya Risiko Perluasan Konflik Timur Tengah

Redaksi DDTCNews | Rabu, 05 Juni 2024 | 12:00 WIB
ICP Mei Turun, Imbas Meredanya Risiko Perluasan Konflik Timur Tengah

Suasana anjungan lepas pantai Yakin Field Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS) Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), Kalimantan Timur, Senin (25/3/2024). Hingga Maret 2024, PHKT mencatatkan angka produksi minyak sebesar 9.044 barel minyak per hari (BOPD) dan gas sebesar 28,784 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.

JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga rata-rata minyak mentah (Indonesian Crude Price/ICP) pada Mei 2024 senilai US$79,78 per barel. Angka ini turun jika dibandingkan dengan ICP pada April 2024, yakni US$87,61 per barel.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi mengungkapkan penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional antara lain dipengaruhi oleh berkurangnya premium risk atas faktor geopolitik. Hal ini seiring dengan memudarnya kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan tidak terganggungya pasokan minyak mentah global.

"Selain itu, beberapa faktor lainnya adalah tingginya suku bunga dan inflasi yang menekan permintaan konsumen dan industri, terutama di Eropa, pada saat pasokan meningkat dari produsen non-OPEC seperti Amerika Serikat," kata Agus dalam keterangannya, dikutip pada Rabu (5/6/2024).

Baca Juga:
Kejar Target Hilirisasi, RI Tak Boleh Bergantung Pembiayaan Asing

Di samping itu, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Mentah (OPEC) juga merevisi turun proyeksi peningkatan minyak dunia kuartal II/2024 pada publikasi Mei 2024 menjadi 103,75 juta barel per hari.

Faktor lain yang menyebabkan penurunan harga minyak mintah pada Mei 2024 adalah akibat ketidakpastian perekonomian Amerika Serikat, yang dipicu penundaan penurunan tingkat suku bunga sentral untuk meredam inflasi. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran pasar akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi AS dan berpotensi menurunkan permintaan minyak mentah di negara tersebut.

"Terdapat pula kekhawatiran pasar akan keseimbangan supply-demand menyusul rencana Departemen Energi AS untuk mengeluarkan 10 juta barel cadangan gasoil di musim panas, yang juga mempengaruhi penurunan harga minyak mentah. Menguatnya nilai tukar dolar AS terdapat mata uang lain juga menyebabkan penurunan harga," imbuh Agus.

Baca Juga:
Penerimaan Negara dari Migas pada 2025 Ditarget Capai US$13 Miliar

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh berkurangnya volume minyak mentah yang diproses oleh sejumlah kilang di Asia. Seiring merosotnya marjin penjualan diesel akibat peningkatan pasokan produk dari kilang-kilang baru, dan cuaca yang sejuk di belahan bumi bagian utara.

Selain itu, penurunan crude oil throughput Korea Selatan akibat kebakaran di kilang Daesan sebesar 3,6% dan penurunan crude oil throughput Singapura akibat aktivitas maintenance di kilang-kilang milik ExxonMobil sebesar 7,3%, bila dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya.

Kemudian, terdapat penurunan konsumsi gasoil di China selama bulan April 2024 sebesar 4,41% menjadi 16,51 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya, seiring peningkatan penggunaan kendaraan listrik.

Selengkapnya perkembangan harga minyak mentah utama bulan Mei 2024 dibandingkan April 2024 adalah sebagai berikut:

  • Dated Brent turun senilai US$8,10 per barel dari US$90,15 per barel menjadi US$82,05 per barel.
  • WTI (Nymex) turun senilai US$5,77 per barel dari US$84,39 per barel menjadi US$78,62 per barel.
  • Brent (ICE) turun senilai US$6,00 per barel dari US$89,00 per barel menjadi US$83,00 per barel.
  • Basket OPEC turun senilai US$5,46 per barel dari US$89,12 per barel menjadi US$83,66 per barel.
  • Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia turun senilai US$7,83 per barel dari US$87,61 per barel menjadi US$79,78 per barel. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 20 Januari 2025 | 16:37 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Kejar Target Hilirisasi, RI Tak Boleh Bergantung Pembiayaan Asing

Jumat, 17 Januari 2025 | 10:00 WIB KEBIJAKAN MIGAS

Penerimaan Negara dari Migas pada 2025 Ditarget Capai US$13 Miliar

Rabu, 15 Januari 2025 | 12:08 WIB NERACA PERDAGANGAN

Indonesia Catatkan Surplus Neraca Dagang US$31,04 Miliar pada 2024

BERITA PILIHAN
Jumat, 24 Januari 2025 | 19:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani Targetkan Aturan Insentif Fiskal 2025 Rampung Bulan Ini

Jumat, 24 Januari 2025 | 19:00 WIB PMK 136/2024

Beban Pajak Minimum Global Bisa Ditekan dengan SBIE, Apa Itu?

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:30 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Pajak atas Biaya Overhead dari Luar Negeri

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:10 WIB DDTC ACADEMY - INTENSIVE COURSE

Dibuka! Batch Terbaru Pelatihan Intensif Transfer Pricing DDTC Academy

Jumat, 24 Januari 2025 | 18:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Masyarakat Nonpeserta BPJS Bisa Ikut Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Jumat, 24 Januari 2025 | 17:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Sri Mulyani: Pajak Minimum Global Bikin Iklim Investasi Lebih Sehat

Jumat, 24 Januari 2025 | 15:30 WIB PROFIL PERPAJAKAN KONGO

Seputar Aturan Perpajakan Kongo, PPN-nya Pakai Skema Multi-Tarif

Jumat, 24 Januari 2025 | 14:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Hadiri Acara WEF, Trump Tawarkan Tarif Pajak 15 Persen untuk Investor