PENEGAKAN HUKUM

Genjot Pajak, Tindakan Gijzeling Tetap Berjalan

Redaksi DDTCNews | Kamis, 12 Oktober 2017 | 17:01 WIB
Genjot Pajak, Tindakan Gijzeling Tetap Berjalan

JAKARTA, DDTCNews – Otoritas pajak tetap melakukan penyanderaan atau gijzeling kepada wajib pajak yang masih sulit untuk diajak patuh. Gijzeling dilakukan dalam rangka membantu mengamankan penerimaan pajak yang sejauh ini masih kurang sekitar Rp500 triliun.

Dirjen Pajak Ken Dwijugiasteadi mengatakan gijzeling terhadap wajib pajak bandel mampu meningkatkan penerimaan pajak, khususnya kepada wajib pajak yang memilih untuk membayar utang pajaknya dibandingkan harus menjalani kurungan di Lapas.

Gijzeling akan dilakukan terus-menerus. Law enforcement yang tetap dijalankan ya gijzeling itu. Silahkan konfirmasi ke lembaga permasyarakatan untuk mengetahui adanya gijzeling yang kami lakukan,” ujarnya di kantor Pusat Ditjen Pajak Jakarta, baru-baru ini.

Baca Juga:
Urus Pemeriksaan Bukper: Coretax Bakal Hadirkan 4 Fitur Baru

Sayangnya, Ken tidak menyebut berapa nilai pajak yang bisa diraup melalui gijzeling yang setiap hari dilakukan oleh otoritas pajak. Namun upaya law enforcement itu pun menjadi pilihan terakhir yang bisa dilakukan oleh otoritas pajak kepada wajib pajak bandel.

Pasalnya, otoritas pajak memberikan imbauan awal kepada wajib pajak bandel untuk melunasi utang pajaknya. Kemudian wajib pajak tersebut pun juga dikirimkan surat resmi berupa peringatan akan berlakunya sanksi yang lebih berat jika tidak mengikuti peraturan pajak yang berlaku.

Pada akhirnya, otoritas pajak harus melakukan gijzeling kepada wajib pajak bandel yang tetap alot untuk mengikuti peraturan pajak. Wajib pajak pun terpaksa harus menjalani hukuman kurungan disertai keringanan berupa pelunasan pajak terutang.

Baca Juga:
Langganan Platform Streaming Musik, Kena PPN atau Pajak Hiburan?

Jika pajak terutang tidak bisa dilunasi selama kurungan tahap pertama, maka wajib pajak akan menjalani tambahan waktu kurungan yang sudah ditentukan dalam perundang-undangan. Meski begitu, otoritas pajak sangat mengharapkan seluruh wajib pajak semakin patuh.

Meningkatnya kepatuhan wajib pajak sekaligus dapat mendorong penerimaan pajak dalam rangka mengimbangi lebih besarnya anggaran belanja yang dipatok dalam APBN. Terlebih, tax ratio Indonesia masih berada pada kisaran 10%-11% yang cukup rendah.

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 21 Oktober 2024 | 14:32 WIB CORETAX SYSTEM

Urus Pemeriksaan Bukper: Coretax Bakal Hadirkan 4 Fitur Baru

Jumat, 18 Oktober 2024 | 15:30 WIB SERBA-SERBI PAJAK

Langganan Platform Streaming Musik, Kena PPN atau Pajak Hiburan?

Jumat, 18 Oktober 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Kinerja Penegakan Hukum Ditjen Pajak selama 1 Dekade Terakhir

Selasa, 08 Oktober 2024 | 11:30 WIB KAMUS PAJAK

Apa Itu Program Business Development Services (BDS) dari DJP?

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja