KP2KP SINJAI

Edukasi WP, Kantor Pajak Ungkap Penyebab Data Excel Gagal Divalidasi

Redaksi DDTCNews | Rabu, 11 September 2024 | 11:30 WIB
Edukasi WP, Kantor Pajak Ungkap Penyebab Data Excel Gagal Divalidasi

Ilustrasi.

SINJAI, DDTCNews - Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Sinjai memberikan edukasi pembuatan bukti potong pada aplikasi e-bupot unifikasi kepada bendahara Dinas Kesehatan pada 16 Juli 2024.

Salah satu materi yang disampaikan kepada wajib pajak di antaranya kendala yang kerap kali dialami oleh instansi pemerintah dalam melakukan posting e-bupot dengan metode import Excel ialah gagal pada saat validasi data Excel di ada laman www.pajak.go.id.

“Gagalnya validasi data ini diakibatkan oleh beberapa hal di antaranya terdapat kesalahan pada nomor NPWP pegawai yang dimasukan oleh bendahara,” kata petugas pajak dari KP2KP Sinjai Sri Wahyuni dikutip dari situs web DJP, Rabu (11/9/2024).

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selain kesalahan pada pengisian nomor NPWP pegawai, kegagalan validasi data Excel juga dapat disebabkan bendahara belum mengganti format teks ataupun general pada kolom Excel, atau belum merekam data pegawai secara lengkap.

Selanjutnya, Sri juga memberitahukan kepada bendahara terkait dengan layanan konsultasi, termasuk terkair dengan e-bupot, melalui Whatsapp. Adapun pelayanan dibuka mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WITA setiap hari kerja.

“Jika masih terkendala, wajib pajak dapat datang lagi berkonsultasi dengan membawa laptop serta data-data yang akan dilaporkan atau dapat menghubungi nomor layanan Whatsapp KP2KP Sinjai di nomor 081220182008,” tuturnya.

Baca Juga:
Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

KP2KP Sinjai, lanjut Sri, berharap bendahara instansi pemerintah di lingkungan Kabupaten Sinjai bisa memenuhi kewajiban perpajakannya dengan lebih baik lagi khususnya kewajiban untuk melaporkan pajak menggunakan aplikasi e-bupot.

Sebagai informasi, terdapat versi terbaru aplikasi e-bupot 21/26 yang sudah tersedia di DJP Online, yaitu versi 2.0. Pembaruan melalui versi 2.0 memuat beberapa hal. Salah satunya ialah penambahan penggunaan NPWP 16 digit/Nomor Identitas Tempat Kegiatan Usaha (NITKU). (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja