KEBIJAKAN PAJAK

e-Faktur Belum Update, Tarif PPN dengan Besaran Tertentu Diisi Manual

Dian Kurniati | Minggu, 17 April 2022 | 07:00 WIB
e-Faktur Belum Update, Tarif PPN dengan Besaran Tertentu Diisi Manual

Penyuluh Pajak Ahli Pratama DJP Imaduddin Zauki

JAKARTA, DDTCNews - UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) mengatur pengusaha kena pajak (PKP) yang menyerahkan barang atau jasa tertentu bisa menggunakan besaran tertentu untuk memungut dan menyetorkan PPN yang terutang.

Penyuluh Pajak Ahli Pratama DJP Imaduddin Zauki mengatakan penyerahan barang kena pajak/jasa kena pajak (BKP/JKP) yang PPN-nya dipungut dengan besaran tertentu harus dibuatkan faktur dengan kode 05. Namun, besaran tarifnya masih perlu ditulis secara manual.

"Untuk besaran tertentu, tarifnya masih diisi manual. Ke depannya, nanti akan di-update lagi semoga besaran tertentu ini akan otomatis," katanya dalam sosialisasi UU HPP bersama Hippindo, dikutip pada Minggu (17/4/2022).

Baca Juga:
Catat! Dokumen WP Badan Era Coretax Diteken Pakai Sertel Pengurus

Imaduddin menuturkan UU HPP memperkenalkan fasilitas PPN dengan besaran tertentu untuk menyederhanakan penghitungan PPN pada barang atau jasa tertentu. Saat ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga telah menerbitkan sejumlah peraturan mengenai barang atau jasa tertentu yang PPN terutangnya dihitung dengan menggunakan besaran tertentu.

Misal, PMK 65/2022 tentang PPN atas penyerahan kendaraan bermotor bekas. Beleid itu mengatur PKP yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas wajib memungut dan menyetorkan PPN dengan besaran tertentu, sebesar 10% dari tarif PPN dikalikan dengan harga jual.

Dalam hal ini, besaran tertentu yang digunakan untuk menghitung PPN atas penyerahan kendaraan bekas yakni sebesar 1,1% dari harga jual.

Baca Juga:
Penghitungan PPh 21 Pegawai Tidak Tetap untuk Masa Pajak Desember

Ada pula PMK 71/2022 tentang PPN atas penyerahan JKP tertentu. Peraturan itu mengatur 5 jenis JKP yang dipungut PPN dengan besaran tertentu, yakni jasa pengiriman paket pos, jasa pengurusan transportasi (freight forwarding).

Kemudian, jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata, jasa pemasaran dengan media voucher, serta jasa perjalanan ke tempat lain dalam perjalanan ibadah keagamaan.

"Ketentuan ini mulai berlaku 1 April 2022," ujar Imaduddin. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 27 Desember 2024 | 12:00 WIB PMK 81/2024

Catat! Dokumen WP Badan Era Coretax Diteken Pakai Sertel Pengurus

Jumat, 27 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 168/2023

Penghitungan PPh 21 Pegawai Tidak Tetap untuk Masa Pajak Desember

Jumat, 27 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Analisis Kesebandingan dalam Tahapan Penerapan PKKU

Jumat, 27 Desember 2024 | 10:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jamin Stimulus Ekonomi Efektif, Birokrasi Penyaluran Perlu Dipermudah

BERITA PILIHAN
Jumat, 27 Desember 2024 | 12:00 WIB PMK 81/2024

Catat! Dokumen WP Badan Era Coretax Diteken Pakai Sertel Pengurus

Jumat, 27 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 168/2023

Penghitungan PPh 21 Pegawai Tidak Tetap untuk Masa Pajak Desember

Jumat, 27 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Analisis Kesebandingan dalam Tahapan Penerapan PKKU

Jumat, 27 Desember 2024 | 10:45 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jamin Stimulus Ekonomi Efektif, Birokrasi Penyaluran Perlu Dipermudah

Jumat, 27 Desember 2024 | 10:30 WIB KILAS BALIK 2024

Maret 2024: Pemerintah Rilis Ketentuan Baru terkait Akuntansi Koperasi

Jumat, 27 Desember 2024 | 10:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN DAN CUKAI

Reformasi Berkelanjutan DJBC, Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci

Jumat, 27 Desember 2024 | 09:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Tahun Baru, PTKP Baru? Catatan bagi yang Baru Menikah atau Punya Anak

Jumat, 27 Desember 2024 | 09:07 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Coretax Diterapkan 1 Januari 2025, PKP Perlu Ajukan Sertel Baru

Kamis, 26 Desember 2024 | 14:30 WIB KPP PRATAMA BENGKULU SATU

Mobil Rp200 Juta Disita KPP, Bakal Dilelang Kalau Utang Tak Dilunasi