KEBIJAKAN PAJAK

Dorong Hilirisasi Mineral, Jokowi: Menkeu Nanti Bisa Pungut Pajaknya

Dian Kurniati | Jumat, 11 Maret 2022 | 15:00 WIB
Dorong Hilirisasi Mineral, Jokowi: Menkeu Nanti Bisa Pungut Pajaknya

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengisi SPT Tahunan secara daring di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/3/2022). ANTARA FOTO//BPMI Setpres- Kris/foc.

JAKARTA, DDTCNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong hilirisasi mineral dengan melarang ekspor komoditas mentah.

Jokowi mengatakan terdapat sejumlah keuntungan yang akan diperoleh Indonesia ketika melarang ekspor dan melakukan hilirisasi. Misal, dari sisi pembukaan lapangan kerja baru dan peningkatan penerimaan perpajakan.

"Kalau ini satu per satu kita memiliki keberanian untuk bilang setop, akan membuka lapangan kerja. Itu yang paling penting. Bu Menteri Keuangan nanti bisa pungut pajaknya," katanya dalam acara Dies Natalis ke-46 UNS, Jumat (11/3/2022).

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Jokowi menuturkan pemerintah perlu melakukan transformasi ekonomi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu strateginya adalah mendorong hilirisasi agar menghasilkan nilai tambah.

Menurutnya, hilirisasi akan menghasilkan nilai tambah sehingga berdampak terciptanya lapangan pekerjaan serta pembayaran perpajakan seperti PPh dan PPN di dalam negeri. Tak hanya itu, negara juga akan mendapat penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Saat ini, pemerintah telah melarang ekspor nikel demi mendorong proses hilirisasi di dalam negeri. Nanti, pemerintah akan melarang ekspor komoditas lain seperti bauksit, tembaga, timah, emas, serta produk pertanian dan perkebunan.

Baca Juga:
DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Presiden menegaskan pemerintah akan melanjutkan langkah pelarangan ekspor komoditas mentah, walaupun berisiko menghadapi gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

"Enggak apa-apa digugat terus. Belum tentu kalah, tetapi belum tentu juga kita menang. Yang pasti, keberanian itu harus kita lakukan. Kalau kita tidak mencoba, kita enggak tahu," ujarnya. (rig)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:45 WIB KABINET MERAH PUTIH

Tak Lagi Dikoordinasikan oleh Menko Ekonomi, Kemenkeu Beri Penjelasan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja