KEBIJAKAN PAJAK

DJP Siap Asistensi WP OP UMKM yang Tak Lagi Pakai PPh Final Mulai 2025

Muhamad Wildan | Jumat, 11 Agustus 2023 | 16:15 WIB
DJP Siap Asistensi WP OP UMKM yang Tak Lagi Pakai PPh Final Mulai 2025

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Wajib pajak orang pribadi UMKM yang terdaftar pada tahun pajak 2018 dan tahun-tahun sebelumnya masih memiliki kesempatan untuk membayar pajak menggunakan skema PPh final UMKM hingga tahun pajak 2024.

Dirjen Pajak Suryo Utomo mengatakan Ditjen Pajak (DJP) siap untuk memberikan dukungan kepada wajib pajak UMKM tersebut untuk menunaikan kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan umum pada 2025 mendatang.

"Kami akan terus mengingatkan dan menyosialisasikan dengan baik adanya perubahan pelaporan yang harus dilakukan karena ada transisi dari 0,5% ke tarif normal," katanya, Jumat (11/8/2023).

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Seperti diatur dalam PP 55/2022, wajib pajak orang pribadi UMKM dapat memanfaatkan skema PPh final UMKM maksimal 7 tahun pajak. Setelah itu, wajib pajak orang pribadi tidak diperbolehkan lagi membayar PPh final menggunakan tarif sebesar 0,5% dari peredaran bruto.

Dengan demikian, wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha UMKM tersebut harus mulai menyelenggarakan pembukuan guna menghitung penghasilan netonya.

Penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Meski begitu, wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dapat menyelenggarakan pencatatan dan menghitung penghasilan netonya menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (NPPN) apabila omzetnya tidak lebih dari Rp4,8 miliar.

Baca Juga:
WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Untuk menggunakan NPPN, wajib pajak orang pribadi harus menyampaikan pemberitahuan kepada DJP dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Tak hanya harus menyelenggarakan pembukuan atau menggunakan NPPN, penghasilan kena pajak dari wajib pajak orang pribadi juga bakal dikenai PPh orang pribadi dengan tarif progresif sebesar 5% hingga 35%.

Tarif terendah sebesar 5% dikenakan atas penghasilan kena pajak senilai Rp0 hingga Rp60 juta, sedangkan tertinggi sebesar 35% dikenakan atas penghasilan kena pajak di atas Rp5 miliar. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN