PMK 149/2022

DJBC Atur Pemberian Insentif KITE Pembebasan, Status PKP Divalidasi

Dian Kurniati | Kamis, 17 November 2022 | 13:00 WIB
DJBC Atur Pemberian Insentif KITE Pembebasan, Status PKP Divalidasi

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Terbitnya PMK 149/2022 telah mengubah ketentuan mengenai pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor atau KITE Pembebasan.

PMK 149/2022 diterbitkan sebagai revisi atas PMK 160/2018 untuk meningkatkan pelayanan kepabeanan. Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) kemudian merilis Perdirjen Nomor PER-8/BC/2022 yang mengatur teknis pemberian fasilitas KITE Pembebasan.

"PMK 160/PMK.04/2018 ... telah dicabut dan diganti dengan PMK 149/PMK.04/2022 ... sehingga perlu menetapkan peraturan direktur jenderal Bea dan Cukai tentang petunjuk teknis pembebasan ...," bunyi salah satu pertimbangan Perdirjen PER-8/BC/2022, dikutip pada Kamis (17/11/2022).

Baca Juga:
Jual Rokok Eceran, Apakah Pedagang Wajib Punya NPPBKC?

Pasal 2 perdirjen tersebut menyatakan permohonan penetapan sebagai perusahaan KITE Pembebasan diajukan kepada menteri keuangan melalui kepala kantor wilayah (kanwil) atau kepala KPU yang mengawasi lokasi pabrik atau lokasi kegiatan usaha oleh badan usaha. Permohonan disampaikan secara elektronik melalui sistem aplikasi perizinan DJBC dalam kerangka online single submission (OSS).

Sistem aplikasi perizinan DJBC akan melakukan validasi terhadap permohonan, meliputi kesesuaian perizinan berusaha yang berlaku untuk operasional dan komersial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perizinan berusaha berbasis risiko, serta kesesuaian status pengusaha kena pajak (PKP) badan usaha.

Dalam hal hasil validasi sesuai, sistem aplikasi perizinan DJBC bakal meneruskan permohonan kepada kepala KPU atau kepala kantor pabean yang mengawasi lokasi pabrik atau lokasi kegiatan usaha badan usaha, dan menyampaikan respon status permohonan kepada badan usaha. Sementara jika hasil validasi tidak sesuai, permohonan tidak dapat diproses lebih lanjut, dan sistem aplikasi perizinan DJBC memberikan respon tidak dapat diproses disertai alasan.

Baca Juga:
Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Bea Masuk Minuman Beralkohol

Dalam hal terdapat gangguan operasional pada sistem aplikasi perizinan DJBC, permohonan dapat disampaikan secara tertulis kepada menteri melalui kepala kanwil melalui kepala kantor pabean atau Kepala KPU yang mengawasi lokasi pabrik dan/atau lokasi kegiatan usaha perusahaan. Terhadap permohonan yang diajukan secara tertulis, kepala KPU atau kepala kantor pabean yang melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas dan isian permohonan.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sesuai, kepala KPU atau kepala kantor pabean akan menerbitkan tanda terima permohonan. Sedangkan jika hasil pemeriksaan tidak sesuai, kepala KPU atau kepala kantor pabean bakal menerbitkan surat pengembalian permohonan disertai dengan alasan.

Pada Pasal 3, dijelaskan kepala KPU atau kepala kantor pabean yang mengawasi lokasi pabrik dan/atau lokasi kegiatan usaha perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang disampaikan. Pemeriksaan itu meliputi pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan lokasi, serta pemeriksaan latar belakang perusahaan dan penanggung jawab perusahaan.

Baca Juga:
Gandeng Satpol PP DKI, Bea Cukai Amankan Jutaan Rokok Ilegal

"Pemeriksaan ... dilakukan oleh unit yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pelayanan kepabeanan dan unit yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pengawasan," bunyi Pasal 3 ayat (3) perdirjen tersebut.

PMK 149/2022 telah mengubah sejumlah ketentuan dalam PMK 160/2018 mengenai pemberian fasilitas KITE Pembebasan. Perubahan tersebut misalnya penerima fasilitas KITE Pembebasan kini disyaratkan PKP dan memiliki CCTV. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 21 Oktober 2024 | 20:00 WIB KEBIJAKAN CUKAI

Jual Rokok Eceran, Apakah Pedagang Wajib Punya NPPBKC?

Minggu, 20 Oktober 2024 | 14:00 WIB HONG KONG

Negara Ini Bakal Pangkas Tarif Bea Masuk Minuman Beralkohol

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 15:30 WIB BEA CUKAI JAKARTA

Gandeng Satpol PP DKI, Bea Cukai Amankan Jutaan Rokok Ilegal

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Efisiensi Logistik, Pemerintah Kombinaskan INSW dan NLE

BERITA PILIHAN
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:45 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

Sah! Misbakhun Terpilih Jadi Ketua Komisi XI DPR 2024-2029

Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:30 WIB KPP PRATAMA JAMBI TELANAIPURA

WP Gagal Daftar LPSE karena KSWP Tidak Valid, Gara-Gara Tak Lapor SPT

Selasa, 22 Oktober 2024 | 17:06 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Tetapkan Daftar Mitra Kerja untuk Komisi XII dan Komisi XIII

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:41 WIB IHPS I/2024

BPK Selamatkan Keuangan Negara Rp13,66 Triliun pada Semester I/2024

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:30 WIB KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pakai Faktur Pajak Fiktif, Dirut Perusahaan Akhirnya Ditahan Kejari

Selasa, 22 Oktober 2024 | 16:00 WIB TIPS PAJAK DAERAH

Cara Daftarkan Objek Pajak Alat Berat di DKI Jakarta secara Online

Selasa, 22 Oktober 2024 | 15:30 WIB AUSTRALIA

Bikin Orang Enggan Beli Rumah, Australia Bakal Hapus BPHTB

Selasa, 22 Oktober 2024 | 14:00 WIB KP2KP SIDRAP

Ubah Kata Sandi Akun Coretax, Fiskus: Tak Perlu Cantumkan EFIN