SINGAPURA, DDTCNews – Dalam rangka melawan tingginya penyakit diabetes, Pemerintah Singapura tengah mempertimbangkan untuk menerapkan pajak atas makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi (sugar tax).
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan berdasarkan laporan dari beberapa negara yang telah menerapkan, sugar tax terbukti dapat menjadi solusi dalam mengurangi asupan gula. Kendati demikian, kebijakan tersebut harus dipertimbangkan secara matang, karena dinilai dapat membebani masyarakat berpenghasilan rendah.
“Konsumsi gula berlebihan akan berkorelasi dengan peningkatan risiko diabetes, hal ini merupakan masalah kesehatan utama di Singapura. Oleh karena itu, harus segera dipertimbangkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut,” ujarnya, Senin (9/10).
Dari perspektif ekonomi, konsumsi gula secara berlebihan tidak hanya menghasilkan biaya bagi kesehatan individu tetapi juga mengenakan biaya eksternal pada masyarakat dengan membebani sistem kesehatan dan menurunkan produktivitas dalam jangka panjang.
Lee mengakui penerapan sugar tax merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk mencegah konsumsi gula yang berlebih. Langkah ini sejalan dengan rekomendasi dari organisasi kesehatan dunia (WHO) yang menyarankan untuk menaikkan harga makanan dan minuman yang mengandung gula paling sedikit 20%.
Sementara itu, penghasilan pajak yang meningkat dari penerapan sugar tax dapat diperuntukkan untuk kegiatan pencegahan dan perbaikan kesehatan serta kegiatan edukasi publik untuk memerangi obesitas, diabetes dan penyakit terkait lainnya.
Namun, dilansir dalam straitstimes.com, tarif pajak gula yang berlebihan dapat menciptakan trade-off antara efektivitas dan keadilan. Menurut Lee hal ini akan menjadi pertimbangan penting dalam menetapkan jumlah pajak yang optimal.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.