BUKTI potong merupakan dokumen berharga bagi setiap wajib pajak. Selain berfungsi sebagai kredit pajak, bukti potong ini dapat digunakan untuk mengawasi pajak yang sudah dipotong oleh pemberi kerja atau pihak lain. Sesuai ketentuan, bukti potong harus dilampirkan saat penyampaian SPT tahunan pajak penghasilan (PPh) yang akan digunakan untuk mengecek kebenaran atas jumlah pajak yang telah di bayar.
Untuk wajib pajak karyawan, mereka akan menerima bukti pemotongan PPh Pasal 21 dengan jenis formulir 1721-A1 bagi karyawan swasta dan formulir 1721-A2 bagi pegawai negeri sipil (PNS). Biasanya, perusahaan akan memberikan bukti pemotongan pajak tersebut kepada karyawan jauh hari sebelum batas waktu pelaporan SPT tahunan PPh orang pribadi.
Wajib pajak harus harus meminta bukti potong atas semua jenis penghasilan yang dipotong pajak. Sebab, adanya bukti potong membuktikan secara sah bahwa wajib pajak sudah membayar pajak yang terutang. Setelah menerima bukti potong, setiap wajib pajak sangat dianjurkan untuk menyimpan bukti potong tersebut dengan baik.
Selain bukti potong dari perusahaan tempat bekerja, jika wajib pajak memiliki penghasilan lain yang dikenakan pajak, maka jangan lupa untuk meminta bukti potong dari pihak pemberi penghasilan, baik atas pajak yang bersifat final ataupun tidak final.
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-14/PJ/2013, terdapat empat jenis bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dengan format sebagai berikut:
Ketentuan Pembuatan Bukti Potong PPh 21 Karyawan
Dalam pembuatan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Bukti Potong 1721-A1/A2), ada beberapa peraturan yang harus diketahui oleh pemberi kerja, di antaranya adalah sebagai berikut ini:
Sebelum membuat bukti potong 1721 A1/A2, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui oleh pemberi kerja:
Perusahaan yang menjadi pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (1721-A1/A2) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap atau penerima pensiun berkala paling lama satu bulan setelah tahun kalender berakhir. Contoh untuk tahun 2018, paling lama adalah akhir Januari 2019.
Adapun, untuk pegawai tetap yang berhenti bekerja sebelum Desember, bukti pemotongan 1721-A1 harus diberikan paling lama satu bulan setelah yang bersangkutan berhenti bekerja. Untuk bukti pemotongan PPh Pasal 21 Formulir 1721-VI dan Formulir 1721-VII harus diberikan setiap ada pemotongan pajak maksimal akhir bulan berikutnya.
Sesuai PER-16/PJ/2016, apabila dalam hal dalam satu bulan kalender, kepada satu penerima penghasilan dilakukan lebih dari 1 (satu) kali pembayaran penghasilan, bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dapat dibuat sekali untuk satu bulan kalender.
Demikian penjelasan secara umum mengenai jenis bukti potong PPh Pasal 21 untuk keperluan pelaporan SPT tahunan orang pribadi. Tata cara pengisian bukti potong dapat dilihat pada Lampiran PER-14/PJ/2013. Adapun artikel kelas pajak lainnya mengenai pelaporan SPT tahunan dapat dibaca di sini.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Bagaimana pelaporan SPT Tahunan WP pribadi yang menapatkan 2 bukti potong. Misalnya 1721 A1 dari PT A dan 1721 VI dari PT B