PROVINSI BALI

Belum Sebulan, Bali Himpun Rp95 Miliar dari Pemutihan Pajak Kendaraan

Nora Galuh Candra Asmarani | Rabu, 11 September 2024 | 14:00 WIB
Belum Sebulan, Bali Himpun Rp95 Miliar dari Pemutihan Pajak Kendaraan

Ilustrasi. Sejumlah warga mengantre untuk pendaftaran pembayaran pajak kendaraan bermotor di gerai pelayanan Samsat keliling TMP Kalibata, Jakarta, Selasa (6/8/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/aww.

DENPASAR, DDTCNews – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali berhasil mengantongi Rp95 miliar dari program relaksasi pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB). Angka itu berasal dari pembayaran pajak sekitar 90.394 unit kendaraan yang memanfaatkan program relaksasi.

Kepala Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali I Made Santha mengapresiasi wajib pajak yang telah membayar PKB dan BBNKB dengan memanfaatkan program relaksasi. Menurutnya, realisasi penerimaan dari program relaksasi itu mencapai 49% dari target.

“Saya mengapresiasi wajib pajak yang sudah sadar membayar pajak kendaraannya serta memanfaatkan relaksasi pajak yang kami selenggarakan selama 1,5 bulan ini. Pajak senilai Rp95,2 miliar dari 90.394 kendaraan tercatat masuk ke kas daerah sejak 14 Agustus hingga 9 September kemarin,” ujarnya, dikutip pada Rabu (11/9/2024).

Baca Juga:
Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Adapun Pemerintah Provinsi Bali mengadakan program relaksasi PKB dan BBNKB sejak 14 Agustus 2024 hingga 30 September 2024. Untuk itu, I Made Santha berharap sisa target sebesar 51% bisa tercapai pada 30 September mendatang.

Kebijakan relaksasi ini tertuang dalam Peraturan Gubernur Bali No. 14 Tahun 2024 tentang Penghapusan Sanksi Administrasi terhadap PKB dan BBNKB serta Pembebasan BBNKB Kedua dan seterusnya.

Dalam kesempatan tersebut, Santha memastikan tidak akan ada lagi relaksasi denda PKB. Untuk itu, program relaksasi denda PKB tahun ini akan menjadi yang terakhir kali. Hal ini, sambung Santha, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU HKPD).

“Kebijakan relaksasi kali ini merupakan yang terakhir dan tidak akan ada lagi kebijakan seperti ini di tahun-tahun yang akan datang, kecuali terjadi force majeure. Mari manfaatkan sisa waktu relaksasi pajak yang terakhir ini, mengingat tinggal 2 minggu dan itu pun terpotong libur hari raya Galungan,” katanya, seperti dilansir wartabalionline.com. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 24 Desember 2024 | 16:30 WIB PROVINSI SUMATERA SELATAN

Realisasi Pajak Rokok di Sumsel Tak Capai Target, Ini Penyebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 14:00 WIB PROVINSI DAERAH KHUSUS JAKARTA

Opsen Pajak Kendaraan Tidak Berlaku di Jakarta, Ternyata Ini Sebabnya

Selasa, 24 Desember 2024 | 12:30 WIB KABUPATEN PURWOREJO

Ratusan ASN Nunggak PBB, Pemda Gencarkan Penagihan dan Siapkan Sanksi

Selasa, 24 Desember 2024 | 10:00 WIB PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Antisipasi Dampak Opsen, Pemprov Kalbar Beri Keringanan Pajak

BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah akan Salurkan KUR Rp300 Triliun Tahun Depan

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra