Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komite IV DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/6/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mengantisipasi kenaikan cost of fund akibat inflasi di AS dan kenaikan suku bunga oleh The Fed.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kenaikan cost of fund perlu diantisipasi dengan cara mengurangi defisit anggaran.
"Cara kita untuk melindungi APBN dengan mengurangi eksposur dari utang dengan menurunkan defisit. Memang dengan UU 2/2020 kita dijelaskan tahun depan defisit harus di bawah 3%, tahun ini defisit lebih kecil dari 4,5% dari PDB," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Kamis (16/6/2022).
Di tengah inflasi tinggi di AS dan Eropa, ujar menkeu, kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed serta European Central Bank adalah suatu keniscayaan.
Dari sisi penerimaan, APBN tahun ini didukung oleh kenaikan penerimaan perpajakan dan PNBP senilai Rp420 triliun. Pemerintah juga masih memiliki sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) yang memadai untuk membiayai anggaran.
Dengan tren ini, penerbitan utang baru bisa diminimalisasi. "Dengan kenaikan suku bunga, tapi kemudian issuance [SBN] kita lebih sedikit, kita berharap debt to GDP ratio bisa kita turunkan. Defisit turun, pembiayaannya menjadi turun. Itu cara kita untuk mengamankan," ujar Sri Mulyani.
Untuk diketahui, inflasi di AS per Mei 2022 tercatat mencapai 8,6%. Inflasi pada Mei 2022 tersebut merupakan yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Sebagai respons atas inflasi yang terus melaju tinggi tersebut, The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% hingga 1,75%. (sap)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.