THAILAND

Thailand Punya PM Baru, Pengusaha Hotel Minta Pajak Turis Ditunda

Dian Kurniati | Sabtu, 31 Agustus 2024 | 09:30 WIB
Thailand Punya PM Baru, Pengusaha Hotel Minta Pajak Turis Ditunda

Ilustrasi.

BANGKOK, DDTCNews - Pengusaha hotel Thailand yang tergabung dalam (Thai Hotels Association/THA) meminta Perdana Menteri yang baru Paetongtarn Shinawatra menunda penerapan pajak turis.

Presiden THA Thienprasit Chaiyapatranun mengatakan penerapan pajak turis berpotensi menurunkan kunjungan wisatawan asing. Menurutnya, kebijakan tersebut juga berpotensi menurunkan kinerja sektor perhotelan yang bahkan belum sepenuhnya pulih.

"Kebijakan tersebut harus ditunda setidaknya selama 2 tahun," katanya, dikutip pada Senin (26/8/2024).

Baca Juga:
Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak

Thienprasit mengatakan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra perlu mengkaji ulang penerapan pajak turis. Menurutnya, pemerintah harus memastikan kebijakan pajak ini tidak berdampak buruk terhadap ekonomi nasional.

Wacana pengenaan pajak turis mencuat sejak beberapa tahun terakhir seiring dengan tingginya kerugian negara akibat turis asing yang sakit tetapi tidak memiliki asuransi. Rencana itu sudah berulang kali tertunda karena pandemi Covid-19.

Pada Februari 2023, kabinet telah menyetujui rencana pajak turis senilai THB300 atau sekitar Rp136.600 dari wisatawan asing yang masuk Thailand melalui jalur udara, serta THB150 atau Rp68.300 dari pengunjung yang masuk melalui darat atau laut. Meski demikian, belum ada kejelasan mengenai waktu implementasi pajak turis.

Baca Juga:
Otoritas Ini Usulkan Perubahan Aturan Pencegahan WP ke Luar Negeri

Rencana pengenaan pajak turis mendapat penolakan dari kalangan pengusaha, seperti THA. Pengusaha khawatir kebijakan ini akan berdampak pada okupansi hotel yang belum sepenuhnya pulih sejak pandemi.

Selain pajak turis, Thienprasit juga menolak rencana pemerintah yang memandatkan Otoritas Pariwisata Thailand untuk mempromosikan industri pariwisata melalui kerja sama dengan 9 agen perjalanan online. Alasannya, sebagian besar agen tersebut dimiliki oleh warga negara asing sehingga tidak memberikan banyak manfaat kepada pengusaha lokal.

Anggaran untuk promosi pariwisata tersebut mencapai THB433 juta atau Rp197,18 miliar.

Baca Juga:
Diperpanjang hingga 2030, Lahan Pertanian di Negara Ini Bebas Pajak

"Uang ini semestinya bisa digunakan untuk mendanai kampanye promosi yang ada seperti menyediakan voucher dan diskon untuk hotel-hotel sehingga memberikan manfaat kepada pengusaha lokal," ujarnya dilansir nationthailand.com.

Thienprasit juga menyarankan pemerintah memfokuskan promosi pariwisata di 55 provinsi sekunder. Sejalan dengan hal tersebut, masih dibutuhkan perbaikan dari sisi kualitas akomodasi, jumlah objek wisata, dan transportasi umum. (sap)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Rabu, 25 Desember 2024 | 13:30 WIB PSAK 201

Item-Item dalam Laporan Posisi Keuangan Berdasarkan PSAK 201

Rabu, 25 Desember 2024 | 13:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kontribusi ke Negara, DJP: Langganan Platform Digital Kena PPN 12%

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Fitur MFA Sudah Diterapkan di Portal CEISA sejak 1 Desember 2024

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:30 WIB PMK 94/2023

Pemerikaan Pajak oleh DJP terhadap Kontraktor Migas, Apa Saja?

Rabu, 25 Desember 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dokumen yang Dilampirkan saat Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:37 WIB KURS PAJAK 25 DESEMBER 2024 - 31 DESEMBER 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah terhadap Mayoritas Mata Uang Mitra

Rabu, 25 Desember 2024 | 09:30 WIB THAILAND

Negara Tetangga Ini Bakal Bebaskan Hutan Mangrove dari Pajak