INDIA

Tangkal Faktur Pajak Fiktif, Otoritas Terbitkan Aturan Baru

Muhamad Wildan | Senin, 28 Desember 2020 | 11:15 WIB
Tangkal Faktur Pajak Fiktif, Otoritas Terbitkan Aturan Baru

Ilustrasi. (DDTCNews)

NEW DELHI, DDTCNews – Kegiatan usaha dengan omzet bulanan mencapai INR5 juta (setara dengan Rp963,6 juta) atau lebih, kini diwajibkan membayar goods and services tax (GST) atau PPN paling sedikit sebesar 1% dari total PPN yang dibebankan.

Central Board of Indirect Taxes and Customs (CBIC) menyatakan ketentuan baru ini ditetapkan oleh Pemerintah India untuk menekan praktik fraud PPN melalui faktur pajak palsu yang marak terjadi di negara tersebut.

"Pemungut PPN dilarang memakai jumlah kredit pajak masukan yang tersedia untuk menghapuskan kewajiban pembayaran pajak keluaran melebihi 99% dari kewajiban pajak jika nilai omzet wajib pajak melebihi INR5 juta," kata CBIC dikutip dari indiatimes.com, Senin (28/12/2020).

Baca Juga:
Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Dalam penghitungan batasan omzet tersebut, Pemerintah India menetapkan hanya penyerahan barang dan jasa yang dikenai PPN saja yang turut diperhitungkan sehingga penyerahan barang dan jasa yang dibebaskan dari PPN tidak turut terdampak oleh ketentuan terbaru ini.

Pembatasan pengkreditan pajak masukan ini juga tidak berlaku bagi wajib pajak yang membayar PPh INR100.000. Batasan ini tidak berlaku bagi pemungut GST yang masih memiliki saldo kredit pajak masukan sebesar INR100.000 sejak tahun sebelumnya.

Sebelumnya, registrasi pemungut GST yang relatif mudah di India malah dimanfaatkan oleh beberapa oknum untuk menerbitkan faktur pajak palsu.

Baca Juga:
Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

GST Council mencatat terdapat 1,8 juta hingga 1,9 juta registrasi pemungut GST yang dilayani oleh otoritas pajak setiap tahunnya. Namun, setiap tahun hanya 30% dari pemungut GST yang diketahui keberadaannya, sedangkan 70% tidak dapat diketahui keberadaannya.

Direktur Jenderal Intelijen GST India juga telah mengidentifikasi 1.282 entitas bisnis yang ditengarai menerbitkan faktur pajak palsu. Jenis penyerahan barang yang banyak dimanfaatkan untuk penerbitan faktur pajak palsu antara lain besi dan baja, tembaga, plastik, produk susu, produk elektronik, kulit, tekstil, bahan-bahan kimia, perangkat lunak, limbah kertas, hingga limbah kertas.

Sementara itu, jenis penyerahan jasa yang banyak dimanfaatkan untuk penerbitan faktur pajak palsu antara lain pemberian jasa konstruksi, periklanan, dan jasa-jasa terkait pengalihdayaan tenaga kerja. (rig)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China

Minggu, 26 Januari 2025 | 11:30 WIB AMERIKA SERIKAT

Trump Bakal Kenakan Bea Masuk 25% atas Impor dari Kanada dan Meksiko

BERITA PILIHAN
Senin, 27 Januari 2025 | 10:00 WIB PMK 119/2024

Pemerintah Perinci Objek Penelitian atas PKP Berisiko Rendah

Senin, 27 Januari 2025 | 09:00 WIB KEBIJAKAN FISKAL

Siap-Siap SBN Ritel Perdana 2025! Besok Dirilis ORI027T3 dan ORI027T6

Senin, 27 Januari 2025 | 08:43 WIB LAYANAN PAJAK

Butuh Layanan Pajak? Kantor Pajak Baru Buka Lagi 30 Januari 2025

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Pembaruan Objek Penelitian PKP Berisiko Rendah untuk Cairkan Restitusi

Senin, 27 Januari 2025 | 08:00 WIB KOTA PALANGKA RAYA

Bayar Pajak Sudah Serba Online, Kepatuhan WP Ditarget Membaik

Minggu, 26 Januari 2025 | 14:30 WIB PERATURAN PAJAK

Soal DPP Nilai Lain atas Jasa Penyediaan Tenaga Kerja, Ini Kata DJP

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:30 WIB PERDAGANGAN KARBON

Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional di IDXCarbon, Ini Kata BEI

Minggu, 26 Januari 2025 | 13:00 WIB AMERIKA SERIKAT

Tarif Bea Masuk Trump terhadap 2 Negara Ini Lebih Tinggi dari China