BARBADOS

Tambal Utang, Negara Ini Naikkan Tarif Pajak Perusahaan

Redaksi DDTCNews | Senin, 25 Juni 2018 | 16:01 WIB
Tambal Utang, Negara Ini Naikkan Tarif Pajak Perusahaan

BRIDGETOWN, DDTCNews – Pemerintah Barbados telah mengajukan peningkatan tarif pajak perusahaan dan pemberlakuan pajak pertambahan nilai (PPN) atas seluruh transaksi online. Hal ini dilakukan untuk mengurangi utang negara yang semakin meningkat.

Perdana Menteri Barbados Mia Mottley mengatakan berbagai upaya tersebut dilakukan untuk memperbaiki keuangan negara. Lebih jauh, sektor bisnis internasional pun diharapkan memberi kontribusi yang lebih besar dan memberi dampak positif pada keuangan Barbados.

“Tarif pajak perusahaan harus meningkat dari 25% menjadi sebesar 30%, seiring berbagai perusahaan harus mematuhi ketentuan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang telah berlaku,” ungkapnya melansir Tax News International Vol.90 No.13, Senin (25/6).

Baca Juga:
PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Mottley telah meminta International Monetary Fund (IMF) untuk membantu Barbados memulihkan stabilitas ekonominya. Dengan 175%, rasio utang terhadap PDB negara menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Defisit fiskal Barbados sejauh ini adalah sekitar 4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,7% pada triwulan pertama 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan informasi yang beredar, tarif pajak perusahaan sebesar 30% akan berlaku pada 1 Oktober 2018 dan diprediksi akan menambah penerimaan negara sebesar BBD57 juta atau Rp403,13 miliar per tahunnya.

Baca Juga:
Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Sedangkan, Mottley menjelaskan mengenai rincian PPN yang akan dikenakan pada seluruh transaksi online termasuk barang dan jasa, pemerintah Barbados baru akan mempublikasikan hal ini sebelum tanggal pelaksanaan yakni 1 Oktober 2018.

Sebelumnya pada tanggal 1 Juli 2018, pemerintah berencana untuk memberlakukan tarif pajak baru antara lain pendapatan hingga BBD25 ribu atau Rp176,93 juta tidak dipajaki; pendapatan hingga BBD60 ribu atau Rp424,63 juta dipajaki 16%; pendapatan hingga BBD75 ribu atau Rp530,79 juta dipajaki 22,4%; dan pendapatan individu di atas BBD75.001 atau Rp531,03 juta dipajaki 40%.

Pada saat bersamaan, menurutnya pemerintah juga telah mengajukan penghapusan aturan retribusi national social responsibility yang cukup kontroversial karena dianggap mendistorsi aktivitas ekonomi Barbados.

Baca Juga:
Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

Adapun pajak jalan akan diganti dengan pajak bahan bakar dengan tarif BBD0,40 atau Rp2.833 per liter besin dan BBD0,05 atau Rp354 per liter minyak tanah. Pemajakan dari sektor bahan ini diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara BBD80 juta atau Rp566,76 miliar dalam 1 tahun fiskal.

Kemudian pajak tambahan pada wisatawan akan berlaku pada penumpang yang terbang ke luar Karibia akan membayar tambahan USD70 atau Rp990.853 dan mereka yang tersisa di Karibia akan membayar lebih dari USD35 atau Rp495,426.

Sementara itu retribusi angkutan umum Airbnb dan akomodasi serupa lainnya akan dikenakan pada 10% dari tarif yang berlaku. “Sedikit berbeda dengan implementasi di negara lain, pemajakan ini bukan sebagai PPN,” katanya.

Sedangkan PPN pada perhotelan yang sekarang dikenakan 7,5%, ke depannya akan ditingkatkan secara bertahap menjadi 15% pada tahun 2020. Aturan ini akan berlaku bersamaan dengan pajak kamar hotel USD2,50 atau Rp35.402 hingga USD10 atau Rp141.610. (Amu)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

PPN Mestinya Naik Tahun Depan, Gerindra akan Bahas Bareng Kemenkeu

Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Kenaikan Tarif PPN Perlu Diikuti dengan Transparansi Belanja

Selasa, 22 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Anggota DPR Ini Minta Prabowo Kaji Ulang Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 16:00 WIB KEPATUHAN PAJAK

Punya Usaha Kecil-kecilan, Perlu Bayar Pajak Enggak Sih?

BERITA PILIHAN
Rabu, 23 Oktober 2024 | 15:00 WIB KAMUS KEPABEANAN

Apa Itu Klinik Ekspor?

Rabu, 23 Oktober 2024 | 14:10 WIB PELATIHAN PROFESI PAJAK INTERNASIONAL

Diakui CIOT, DDTC Academy Buka Lagi Kelas Persiapan ADIT

Rabu, 23 Oktober 2024 | 14:00 WIB KABUPATEN KEBUMEN

Pemda Bikin Samsat Khusus untuk Perbaiki Kepatuhan Pajak Warga Desa

Rabu, 23 Oktober 2024 | 13:00 WIB CORETAX SYSTEM

Setelah Diimplementasikan, DJP Akan Tetap Sediakan Edukasi Coretax

Rabu, 23 Oktober 2024 | 12:00 WIB LITERATUR PAJAK

4 Kunci Strategis Cegah Sengketa Pajak, Selengkapnya Baca Buku Ini

Rabu, 23 Oktober 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Piloting Modul Impor-Ekspor Barang Bawaan Penumpang Tahap III Dimulai

Rabu, 23 Oktober 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Dasar DJP dalam Menetapkan Status Suspend terhadap Sertel Wajib Pajak

Rabu, 23 Oktober 2024 | 10:30 WIB PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Adakan Pemutihan Pajak Kendaraan, Pemprov Targetkan Raup Rp105 Miliar

Rabu, 23 Oktober 2024 | 10:00 WIB LEMBAGA LEGISLATIF

DPR Beberkan Alasan Pembentukan Badan Aspirasi Masyarakat